Guru pembimbing : Abdullah S.Pd
Fanisah Afliza
Erni Waruhu
Dian
Riskiana
Sejarah
sebagai llmu, Kisah, Peristiwa, dan Seni
Anda
pasti sering mendengar kata sejarah. Ketika mendengar kata tersebut, apa yang
ada dalam pikiran Anda? Pasti Anda membayangkan kejadian atau peristiwa pada
masa lalu. Pernahkah Anda pikirkan bahwa untuk menjelaskan sejarah sebagai
ilmu, kisah, peristiwa, dan seni pada masa lalu diperlukan cara atau metode
yang digunakan untuk membangun satu kejadian dengan kejadian lainnya secara
utuh?
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pada bab ini akan diuraikan mengenai
sejarah sebagai ilmu, kisah, peristiwa, dan seni.
A. Karakteristik Sejarah
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa unsur terpenting dari sejarah. adalah kejadian masa
lalu. Oleh karenanya, yang'menjadi konsep dasar sejarah adalah waktu (time),
ruang (space), kegiatan manusia (human activities), perubahan (change) dan
kesinambungan (continuity). Adapun karakteristik dari mata pelajaran. sejarah,
di antaranya sebagai berikut.
1. Sejarah
terkait dengan masa lampau. Materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk
masa kini dalam bentuk rekontruksi peristiwaperistiwa masa lampau berdasarkan
sumber-sumber yang ada.
2. Sejarah
bersifat kronologi. Artinya, dalam mengorganisasikan materi pembelajaran harus
berdasarkan urutan waktu kejadian .
3. Dalam
sejarah terdapat tiga unsur pokok, yaitu manusia, ruang, dan waktu. Oleh karena
itu, sejarah erat hubungannya dengan konsep 5W+1H, yaitu dari pertanyaan
pertanyaan what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), why
(mengapa), dan how (bagaimana).
Sejarah
dilihat sebagai sebuah sebuah proses yang terus berjalan dari masa lampau-masa
kini-masa yang akan datang. Sejarah merupakan prinsip sebab akibat antara fakta
yang satu dan yang lainnya, antara peristiwa yang satu dengan lainnya. Hal ini
merupakan sebuah rangkaian yang tidak terpisah-pisah, peristiwa sejarah yang
satu diakibatkan atau disebabkan oleh peristiwa sejarah yang lain.
B. Sejarah sebagai llmu
Sejarah
sebagai ilmu merujuk pada aspek metode yang digunakan oleh sejarawan. Selain
narasi dalam merekonstruksi masa lalu, sebagian sejarawan juga ada yang tertarik
pada penggunaan data kuantitatif untuk menguji hipotesis dan membangun
generalisasi dan teori. Sejarawan seperti itu disebut sebagai sejarawan ilmu
sosial dan karyanya disebut sebagai sejarah yang ilmiah. Kajian yang bersifat
kuantitatif, seperti jumlah suara dalam Pemilu tahun 1955 di Indonesia;
perkembangan demografi dari pembangunan lima tahun pada zaman Orde Baru, dan
jumlah anggota partai politik dalam pemerintahan Demokrasi Liberal tahun
1950-an di Indonesia merupakan data kuantitatif yang dapat dianalisis dengan
teknik kuantitatif pula. Sejarah sebagai ilmu tidak hanya bergantung pada
kajian kuantitatif, tetapi juga kualitatif.
Artinya,
sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dan
memiliki metode pengkajian ilmiah untuk mendapatkan suatu kebenaran. Sejarah
sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia
di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak jejaknya di waktu sekarang,
di mana tekanan perhatian terutama diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri,
dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan segi segi urutan
perkembangannya, yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai
suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu
yang telah dialami (diucapkan, dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di
masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/diketemukan masa
sekarang.
Sejarah
sebagai ilmu harus memiliki objek, yakni kejadian manusia di masa lalu, metode
tersendiri, dan pokok permasalahan. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi
secara kritis, analitis, imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data,
peninggalan, bukti tulisan, rekaman.Didalam metodologi penulisan sebuah sejarah
menggunakan berbagai tahapan. Tahapan penulisan sejarah yaitu mengumpulkan
sumber (heuristik), menyeleksi sumber (verifikasi/kritik), penafsiran sumber
(interpretasi) dan penulisan peristiwa sejarah (historiografi).
Sejarah
sebagai ilmu positif berawal dari anjuran Leopold von Ranke kepada para
sejarawan untuk menulis apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan menulis apa yang
terjadi, sejarah akan menjadi objektif.
Sejarah
dapat dilihat sebagai ilmu dengan karakteristik tertentu. Sejarah termasuk
dalam ilmu manusia yang dalam perjalanan waktu dipecah menjadi ilmu sosial dan
ilmu kemanusiaan.
Sejarah
termasuk ilmu empiris karena itulah sejarah sangat bergantung pada pengalaman
manusia. Oleh karena sejarah berbicara tentang manusia, biasanya sejarah
dimasukkan dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan
antropologi dan sosiologi. Sejarah membicarakan manusia dari segi waktu. Dalam
waktu, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yakni perkembangan,
kesinambungan, pengulangan, dan perubahan. Artinya, sejarah melihat
perkembangan masyarakat dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Sejarah
juga melihat kesinambungan yang terjadi dalam suatu masyarakat.Sejarah juga
melihat pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah juga
melihat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang biasanya disebabkan
oleh pengaruh dari luar.
Dalam
meneliti objeknya, sejarah berpegang dengan teorinya sendiri. Selain mempunyai
teori, sejarah juga mempunyai generalisasi seperti ilmu lain, sejarah juga
menarik kesimpulan kesimpulan umum. Sering kali generalisasi sejarah merupakan
koreksi atas kesimpulan kesimpulan ilmu lain. Untuk itu, sejarah juga mempunyai
metode sendiri, berbeda dengan hukum ilmu ilmu sosial yang terlalu bersifat
mekanis. Metode sejarah bersifat terbuka dan hanya tunduk pada fakta.
Sejarah
juga seperti ilmu ilmu lain yang membutuhkan riset, penulisan yang baik,
penalaran yang teratur, dan sistematika yang runtut, serta konsep yang jelas.
Sejarah
sebagai ilmu memiliki sifat/karakteristik sebagai berikut.
1. Empiris,
yaitu dengan fakta dan bukti yang jelas dan kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan
2. Objektivitas,
yaitu manusia yang berperan dan terlibat dalam sejarah
3. Teoretis,
yaitu pendapat para sejarawan untuk menjelaskan suatu kejadian
4. Generalisasi,
yaitu para sejarawan menyimpulkan suatu kejadian berdasarkan pemikiran yang
rasional
5. Metode,
yaitu cara yang disusun sistematis untuk mempermudah suatu masalah
C. Sejarah sebagal Kisah
Sejarah
sebagai kisah (history as a narrative) adalah cerita berupa narasi yang telah
disusun dari memori atau ingatan, dan kesan atau tafsiran sejarawan terhadap
kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau.
Sejarah sebagai kisah dapat dibaca dalam buku teks sejarah, majalah, atau surat
kabar. Selain itu, sejarah dapat pula kita dengarkan dan lihat melalui narasi
yang diceramahkan oleh siaran media elektronik, seperti radio dan televisi atau
film. Sejarah sebagai kisah dapat pula kita ikuti ketika seorang guru sejarah
menerangkan kejadian sejarah melalui ceramah dalam proses belajar-mengajar
sejarah di kelas. Sejarah sebagai kisah (hismire reite), dapat diartikan
sebagai rekontruksi peristiwa masa lampau oleh manusia masa kini melalui
berbagai fakta dan penafsiran.
Seorang
sejarawan akan mempelajari dan menggambarkan kejadian masa lalu yang sifatnya
unik dan mendekati kejadian unik tersebut dengan pendekatan yang bersifat
pribadi. Hasil pekerjaan mereka kemudian disajikan semenarik mungkin. Hasil
pekerjaan mereka tersebut dapat digolongkan ke dalam sejarah sebagai kisah.
Dengan
kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan
kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat
dipe'rtanggungjawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa,
dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak
sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat
jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam penyusunan sejara hse bagai kisah,parasejarawan menggunakan dasar
jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak
sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup
kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.
Sejarah
sebagai kisah juga memiliki sifat/karakteristik, antara lain sebagai berikut
1. Subjektif,
yaitu berdasarkan ingatan masalalu seseorang/pendapat masing-masing seseorang.
2. Sarana
untuk mengungkapkan kembali sejarah
D. Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah
sebagai peristiwa diartikan sebagai peristiwa masa lampau manusia yang
benar-benar terjadi (histoire realita) sehingga hanya terjadi satu kali saja,
yaitu pada saat kejadiannya sedang berlangsung. Peristiwa tersebut tidak
mungkin terjadi lagi pada masa-masa selanjutnya.
Setiap
peristiwa yang terjadi akan berbeda dengan peristiwa sebelumnya, kalaupun
peristiwanya sejenis, namun waktu dan tempat serta pelaku sejarahnya berbeda.
Sering juga ada istilah sejarah berulang, sebetulnya yang berulang bukan peristiwanya,
melainkan gejala dari peristiwa itu yang berulang.
Peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan
ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang
kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah'sebagai peristiwa yang telah terjadi
pada masa lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa
tersebut, yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan
sejarah sebagai kisah suatu peristiwa.
Sejarah
sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta,
kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian
masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi
kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui
sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu
peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu
sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruanglingkup
kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang
akan datang.
Sejarah
sebagai peristiwa memiliki sifat/karakteristik, yaitu sebagai berikut.
1. Objektif,
yaitu sejarah berdasarkan hasil kumulatif/gabungan dari beberapa pendapat para
sejarawan yang bersifat fakta dan berdasarkan bukti yang jelas.
2. Empiris,
yaitu berdasarkan data yang sebenarnya
E. Sejarah sebagai Seni
Tokoh
penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa
menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan
imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan
dapat sebagai propaganda. Sejarawan abad 19 bernama Comte, Spencer, dan Mill
menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam dapat dipergunakan
untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun
menurut Dithley, seorang filsufmodern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah
tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu
nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak mudah
menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa.
Dithley
menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta
sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya. menurut George Macauly
Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah,
komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti.
Dengan
demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu
peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan
tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi
ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa
sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah
juga mengandung elemen seni. ,
Sejarah
sebagai seni memiliki sifat/karakteristik sebagai berikut:
1. Intuisi,
yaitu mengetahui secara langsung kejadian sejarah
2. Imanjinasi,
yaitu sejarawan harus bisa mcnggambarkan/ membayangkan peristiwa sejarah yang
terjadi
3. Emosi,
yaitu luapan perasaan sejarawan untuk menghadirkan peristiwa sejarah yang
seolah-olah dapat dirasakan dan terjadi
4. Gaya
bahasa, yaitu bahasa kiasan yang dipakai sejarawan untuk memperindah tulisan
sejarah
KESIMPULAN
Peristiwa yang menceritakan pada zaman dahulu. kisah yang akan di bukukan. ilmu
yang dapat kita ambil dari sejarah penjajahan. seni yang dibuat dengan tangan dan di ukir begitu bagus
0 komentar:
Posting Komentar