Nama guru = Abdullah
Nama Kelompok = -Fredy rahmat
-Rendy agus pratama
-Erny Dayanti
Nama Kelompok = -Fredy rahmat
-Rendy agus pratama
-Erny Dayanti
Perkembangan Kehidupan Pada Masa Pra Aksara
1.Zaman batu
Zaman batu menunjuk pada
suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia terbuat dari batu, meskipun
ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dan kayu dan tulang. Tetapi, pada
zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dan batu.
2.Zaman batu tua (Palaeolithikum)
Zaman batu tua merupakan
suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dan batunya masih kasar dan belum
diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya, kapak genggam. Hasil
kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong Jawa
Timur.
Zaman batu madya (Mesolithikum)
Zaman batu madya
merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih
baik dan lebih halus dan zaman bath tua. Misalnya, pebble / kapak Sumatera.
3.Zaman batu muda (Neolithikum)
Zaman bath muda
merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dan batu yang
sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dan zaman sebelunmya.
Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.
4.Zaman logam
Dengan dimulainya zaman
logam, bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun
alat-alat dan batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama
zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari
logam telah dikenal dan digunakan secara dominan
Perkembangan zaman logam
di Indon esia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam di Eropa
mengalami tiga pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman
besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak
mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara
bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dan perunggu
sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perungggu.
-Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan ciri kehidupan mayarakat
Zaman pra aksara di
Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak,
yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
-Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Pada masa ini, kehidupan
manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam
yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas. Kegiatan
pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dan batu,
kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam
lingkungan sekitarnya.
-Keadaan lingkungan
Kepulauan Indonesia
terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Ada
pengaruh iklim dan pengaruh penyebaran hewan, manusia, dan kebudayaan, sebagai
akibat pernah bergabungnya Indonesia dengan kedua benua tersebut. Tepi pantai,
sungai, danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan bahan makanan merupakan
tempat tinggal manusia purba. Mereka mendapatkan makanan secara langsung dan
alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.
-Keberadaan manusia
Penelitian khusus
tentang fosil manusia purba (Palaeoanthropologi) di Indonesia, dibagi dalam tiga
tahapan, yaitu tahun 1889-1909, tahun 1931-1941, dan tahun 1952-sekarang.
- Penelitian
tahap I pada tahun 1889-1909 dilakukan oleh Dr. Eugene Dubois, yang
menduga bahwa manusia purba hidupnya pasti di daerah tropis. Dubois
menemukan fosil sepotong tulang kobi yang bisa menandakan bahwa pemiliknya
berjalan tegak, di Trinil dekat Ngawi. Fosil tersebut adalah
Pithecanthropus Erectus. Pada masa ini, ditemukan pula fosil manusia Wajak
di daerah Kediri Jawa Timur, dan penemuan manusia purba di Kedungtrubus. Seluruh
temuan Dubois tentang manusia purba di Indonesia adalah fosil-fosil
tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha, dan tulang kering.
- Penelitian
tahap II antara 1931-1941 dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von
Koeningswal Mereka menemukan tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus
Soloensis di Ngandong Kabupaten Blora. Juga tahun 1936 Tjokrohandojo
menemukan fosil tengkorak anak-anak di utara Mojokerto Antara tahun
1936-1941, Von Koeriingswald menemukan fosil-fosil rahang, gigi, dan
tengkorak di Sangiran Surakarta.
- Penelitian
tahap III, sebagian besar penemuan di Sangiran, yang menemukan
bagian-bagian tubuh Pithecanthropus yang belum pernah ditemukan
sebelumnya, seperti tulang muka dan dasar tengkorak.
jenis
manusia purba di Indonesia,.
A.Meganthropus
Meganthropus
Palaeojavanicus adalah manusia paling primitif yang pernah ditemukan di
Indonesia oleh Von Koertingswald tahun 1936 dan 1941 di formasi Pucangan,
Sangiran. Fosil yang ditemukan tersebut berupa rahang manusia purba yang
berukuran besar. Dan hasil penelitian disimpulkan bahwa jenis manusia tersebut
bertubuh sangat besar. Fragmen rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada
tahun 1952 di lapisan terbawah formasi Kabuh.
B.Pithecanthropus Erectus
Fosil Pithecanthropus
adalah fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu di
Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk
tubuh Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Tingginya kira-kira 165-180
cm. Fosil Pithecanthropus Erectus saat saling dihubungkan membentuk sebuah
kerangka yang mirip kera. Maka Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera
yang berjalan tegak.
C.Homo
Homo Sapiens Wajak I
ditemukan dekat Campur darat Tulungagung Jawa Timur oleh Van Rietschoten tahun
1889, terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah
ruas leher. Temuan tersebut diselidiki pertama kali oleh Dubois. Homo Sapiens
Wajak II ditemukan oleh Dubois tahun 1890 di tempat yang sama, terdiri atas
fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang
paha dan tulang kering.
-
-Teknologi
Teknologi pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi
praktis sesuai dengan tujuan, penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada
penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia dikenal dua
macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi
kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan
alat-alat dan tulang dan tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dan batu
sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat
genggam, proto kapak genggam, dan kapak genggam.
-Kehidupan sosial
Manusia purba semenjak
Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dan Wajak, menggantungkan kehidupannya pada
kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya harus dapat memberikan
persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Mereka hidup berkelompok
dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang
perempuan mengumpulkan makanan dan tumbuhan dan hewan-hewan kecil. Selain itu,
mereka juga bekerjasama dalam rangka menanggulangi nserangan binatang buas
maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka
Alat-alat yang dibuat
dan batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan
bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.
-Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk
bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua
payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak
memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
-Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak
sebelumnnya,karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti
untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang
buas pada malam hari.
Terputusnya hubungan
kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputus
pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan
terbatas, dan terpaksa menyesuaikan din dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan
yan mula-mula ditanam adalah kacang—kacangan, mentimun, umbi-umbian dan
biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainnya.
-Keberadaan manusia
Ada dua ras yang
mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan
Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
Di bagian barat dan
utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan
hanya sekidit campuran Mongoloid.Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok
Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur
Mongoloid. Lebih ketimur lagi, yaitu Nusa Tenggara sekarang, terdapat
pula Austromelanesoid.
-Teknologi
Ada tiga tradisi pokok
pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpth bilah,
tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran alatnya
meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan
Papua.
Alat tulang ditemukan di
Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban,
di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam
Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe,
Binjai, dan Tamiang.
-Masyarakat
Manusia yang hidup pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka
atau gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber
makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya. Mereka membuat
lukisan-lukisan di dmdmg gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga
kepercayaan masyarakat pada saat itu.
-Masa bercocok tanam
Perubahan dan masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkt lanjut ke masa bercocok tanam, memakan
waktu yang sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa ini
sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang
terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara
berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang
diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman
hidupnya.
-Manusia
Manusia yang hidup pada
masa bercocok tanam di Indonesia l3arat mendapat pengaruh besar dan ras
Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi oleh
komponen Austromelanesoid.
Kelompok manusia sudah
lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat memberi makan
sejumlah orang yang lebth besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat
menguntungkan, karena mereka dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak pula.
-Teknologi
Masa bercocok tanam di
Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah
alat dan batu dan mulai dikenalnya tekologi pembuatan gerabah. Alat yang
terbuat dan batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah,
mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah
beliung persegi.
-Kehidupan masyarakat
Masyarakat mulai meninggalkan
cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka sudah menunjukkan
tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai
bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Proses perubahan
tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan namun pasti.
Demikian pula dengan
tempat tinggal, dan yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan
dinding dan rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk
yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak, untuk menampung keluarga
mereka. Gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang memang diperlukan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan
rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok tanam. Masyarakat
merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. Oleh karena itu, mereka
meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap
binatang-binatang peliharaan. Yang jelas mereka sudah tidak lagi tergantung
pada alam. Mereka sudah mengadakan perubahan-perubahan, dengan menganggap
sebagai pemilik atas unsur-unsur yang mengelilinginya.
Pemujaan roh nenek moyang
Pemujaan roh leluhur
maupuri kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan
masyarakat saat itu. Kebiasaan semacam itu lazim disebut animisme dan
dinamisme. Sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh
seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan
sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang
mereka.
Tradisi mendirikan
bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan
antara yang hidup dengan yang mati. Terutama karena adanya pengaruh yang kuat
dan yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakatdan kesuburan tanaman.
Masa perundagian
Pada masa bercocok
tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur
kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu mengh asilkan bahan
makanan sendiri, baik di bidang pertanian maupun peternakan. Pada masa
perundagian, semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini mulai
ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dan logam.
Pada perkembangan
berikutnya, perlu dibedakan golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha
tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuatan gerabah,
pembuatan benda-benda dan logam, perhiasan, dan lain sebagainya.
-Penduduk
Manusia yang bertempat
tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dan berbagai penemuan
sisa-sisa rangka dan berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa Barat,
Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur. Pada masa perundagian
ini perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian dan mereka
kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
-Teknologi
Pada masa perundagian
ini, teknologi berkembang sangat pesat, sebagai akibat adanya
penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu,
banyak jenis pekerjaan yang mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin
beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu. Termasuk
perkembangan perdagangan dan pelayaran.
Teknologi yang
berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, nampaknya menyangkut dan
melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi
peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jienis logam yang
dibutuhkan oleh manusia.
Di Indonesia, berdasarkan
temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum
masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi. Secara berangsur-angsur dan
bertahap, penggunaan kapak batu diganti dengan logam. Namun logam tidak mudah
menggeser peranan gerabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak
semuanya dapat digantikan dengan logam.
-Kehidupan
sosial budaya
Seni ukir dan seni bias
yang diterapkafl pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan yang pesat.
sedangkan yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah kepercayaan
kepada arwah nenek moyang, karena dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap
perjalanan hidup manusia dan masyarakatny Oleh karena itu, arwah nenek moyang
harus diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-upacara Kehidupan dalam
masyarakat masa perundagian adalah hidup yang penuh rasa setia kawan. Perasaan
solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan dan nenek
moyang.
Kesimpulan
Manusia purba memiliki dua karakter khas dalam pola huniannya. Pertama, mereka memilih tinggal dekat dengan sumber air karena air merupakan kebutuhan manusia yang amat sangat penting, mulai dari sebagai kebutuhan jasmani hingga mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, mereka lebih memilih hidup di alam terbuka. Situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo adalah bukti dari pola hunian ini.
Manusia purba memiliki dua karakter khas dalam pola huniannya. Pertama, mereka memilih tinggal dekat dengan sumber air karena air merupakan kebutuhan manusia yang amat sangat penting, mulai dari sebagai kebutuhan jasmani hingga mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, mereka lebih memilih hidup di alam terbuka. Situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo adalah bukti dari pola hunian ini.
Hasil penelitian berupa fosil
maupun artefak lainnya menunjukkan bahwa manusia purba masa praaksara pada
awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu, alias masih bergantung pada alam.
Karena itu, mereka juga hidup berpindah-pindah seiring dengan ketersediaan
makanan. Masa ini disebut pula dengan masa food gathering.
Setelah masa food
gathering, mereka mulai mengenal masa food producing. Tidak
hanya mengumpulkan makanan, manusia purba juga mulai melakukan kegiatan
bercocok tanam untuk mengusahakan makanannya. Jika tanah sudah habis, mereka
akan mencari lahan baru. Mereka mulai menebang bahkan membakar hutan. Jadi,
kalau masih ada pelaku pembakaran hutan di tahun 2019 ini, mungkin dia hidup
pada zaman yang salah, Quipperian.
Manusia purba masa praaksara
juga memiliki sistem kepercayaan, lho. Ada tiga sistem
kepercayaan yang diyakini merupakan bagian dari masa praaksara. Pertama,
animisme yang mempercayai pengaruh roh nenek moyang bagi kehidupannya. Kedua,
dinamisme yang mempercayai kekuatan suatu benda dalam mempengaruhi
kehidupannya. Ketiga, totemisme yang mempercayai kekuatan hewan
yang dianggap suci.
0 komentar:
Posting Komentar