PRAMUKA

SMAN3 BANGKO PUSAKO

SMAN3 BANGKO PUSAKO

JLN LINTAS RIAU SUMUT KM 3 BANGKO PUSAKO

Selasa, 25 Februari 2020

Historiografi Tradisional,Kolonial,Moderen


Nama guru pembimbing:Abdullah s.pd
Nama Kelompok :
Lenny Ariyanty
Natalia Br Situmorang
Mega Noviana Br Simanungkalit

Historiografi Tradisional,Kolonial,Moderen
A. Pengertian Historiografi  
Historiografi terbentuk dari dua akar kata,yaitu history (sejarah) dan graph (tulisan).jadi ,historiografi artinya adalah tulisan sejarah,baik itu yang bersifat ilmiah(problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no problem oriented ).problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan berorientasi kepada pemecah masalah ),yang tentu saja penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Adapun yg  dimaksud dengan non problem oriented  adalah karya tulis sejarah yang ditulis tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif,dan tidak menggunakan metode penelitian.
B.Jenis-Jenis Historiograf
1.historiografi tradisional
            Menurut taufik Abdullah,pada fase historiografi tradisional,penulis sejarah yang dilakukan lebih merupakan ekspresi budaya dan pantuan keperihatinan social masyarakat dan kelompok soial yang menghasilkan dari pada hasil untuk merekam peristiwa masalalu.
            Adapun karesteritik dari historiografi tradisional adalah sebagai berikut:
a.historiografi tradisional ditulis bersifat istana/karatonsentris artinya karya historis tradisional didalamnya banyak mengungkap sekitar kehidupan keluarga istana/kraton.
b.historiografi tradisional ditulis bersifat relogomagis artinya dalam historiografi tradisional seorang raja ditulis sebagai manusia yang memiliki kekuatan energy gaib.tujuannya agar seorang raja mendapat apersiasi yang luar biasa dimata rakyatnya.
c.historografi tradisonal ditulis bersifat region sentrisme.artinya historiografi ditulis lebih menonjolkan region (wilayah) kekuasaan atau kerajaan.
d.historiografi tradisio nal ditulis bersifat pisikopolitis sentrisme. Artinya historiografi tradisional ditulis oleh para pujangan sangat kental dengan muatan-muatan psikolos seorang raja sehingga karya historiografi tradisional dijadikan sebagai alat polotik oleh sang raja dalam rangka mempertahankan kekuasaannya.
e.historiografi tradisional ditulis bersifat pisiko-politis sentrisme, artinya historiografis tradisional ditulis para pujangan sangat kental dengan muatan-muatan psikolos seorang raja sehingga karya historiografi tradisional dijadikan sebagai alat polotik oleh sang raja dalam rangka mempertahankan kekuasaannya
2.historiografi colonial
            Historiografi kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandang colonial belanda atau lebih bersifat eroprasentis atau nearlandosentris.
Cirri-ciri historografi colonial
1.sumber yang digunakan yaitu sember dari pemerintah belanda baik dinegaranya maupun daerah jajahannya.
2.bersifat eropa-sentris dan fokusnya ke Belanda-sentris.
3.sifat lain tulisannya yaitu diskriminatif .
4.bentuknya tulisan yaitu berupa laporan laporan .
5.isinya berupa sejarah politik dan tokoh-toko besar.
6.isi lain yaitu berupa kisah perjalanan belanda untuk menemukan daerah penjajan  baru .
7.penulisan sejarah colonial menganggap bahwa Indonesia /nusantara tidak memiliki sejarah sebelum bangsa belanda datang.
8.penulisan menggunakan untuk sarana propaganda agar semangat perlawanan bangsa Indonesia menurun /mengundur.
3.Historiografi Moderen
            Perkembangan Historiografi Nasional (Moderan) mulai menginjak masa baru ketika pada 1913,husein Djajadininngret menerbitkan buku hasil disertainya ,yaitu  tinjauan kritis sejarah banten .seperti judulnya,pengkajian buku  ini bersifat kritis dengan berbagai tinjauan dari aspek politik,sosial,budaya,ekonomi,dan filologi.buku ini lah yang dianggap sebagai historiografi pertama yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia yang menampilkan tinjauan secara kritis.momentum ini muncul di tengah-tengah kondisi historiografi colonial yang didominasi oleh diskriminasi antara penjajah dan yang dijajah.
            Secara ringkas,isi historiografi nasional yang ditandai beberapa hal sebagai berikut.
a.banyak istilah dari bahasa belanda di-indonesia kan;
b.penulisan diarahkan untuk kepentingan bangsa Indonesia;
c.orang Indonesia menjadi subjek sejarah,bukan lagi objek pelengkap atau penderitaan sebagai mana pada  historiografi colonial;
d.karakteristik dan watak tokoh sengaja dipertukarkan dan diganti.

Daftar pustaka:
a.       Sumber buku
Nana Sumpriatna. 2017.Historiografi Tradisional,Koloniel,Dan Modern .Jakarta.









Sejarah sebagai llmu, Kisah, Peristiwa, dan Seni


Guru pembimbing : Abdullah S.Pd


 Fanisah Afliza
Erni Waruhu
Dian Riskiana


Sejarah sebagai llmu, Kisah, Peristiwa, dan Seni

Anda pasti sering mendengar kata sejarah. Ketika mendengar kata tersebut, apa yang ada dalam pikiran Anda? Pasti Anda membayangkan kejadian atau peristiwa pada masa lalu. Pernahkah Anda pikirkan bahwa untuk menjelaskan sejarah sebagai ilmu, kisah, peristiwa, dan seni pada masa lalu diperlukan cara atau metode yang digunakan untuk membangun satu kejadian dengan kejadian lainnya secara utuh?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pada bab ini akan diuraikan mengenai sejarah sebagai ilmu, kisah, peristiwa, dan seni.

A. Karakteristik Sejarah

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa unsur terpenting dari sejarah. adalah kejadian masa lalu. Oleh karenanya, yang'menjadi konsep dasar sejarah adalah waktu (time), ruang (space), kegiatan manusia (human activities), perubahan (change) dan kesinambungan (continuity). Adapun karakteristik dari mata pelajaran. sejarah, di antaranya sebagai berikut.

1.      Sejarah terkait dengan masa lampau. Materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk masa kini dalam bentuk rekontruksi peristiwaperistiwa masa lampau berdasarkan sumber-sumber yang ada.
2.      Sejarah bersifat kronologi. Artinya, dalam mengorganisasikan materi pembelajaran harus berdasarkan urutan waktu kejadian .
3.      Dalam sejarah terdapat tiga unsur pokok, yaitu manusia, ruang, dan waktu. Oleh karena itu, sejarah erat hubungannya dengan konsep 5W+1H, yaitu dari pertanyaan pertanyaan what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), dan how (bagaimana).

Sejarah dilihat sebagai sebuah sebuah proses yang terus berjalan dari masa lampau-masa kini-masa yang akan datang. Sejarah merupakan prinsip sebab akibat antara fakta yang satu dan yang lainnya, antara peristiwa yang satu dengan lainnya. Hal ini merupakan sebuah rangkaian yang tidak terpisah-pisah, peristiwa sejarah yang satu diakibatkan atau disebabkan oleh peristiwa sejarah yang lain.

B. Sejarah sebagai llmu

Sejarah sebagai ilmu merujuk pada aspek metode yang digunakan oleh sejarawan. Selain narasi dalam merekonstruksi masa lalu, sebagian sejarawan juga ada yang tertarik pada penggunaan data kuantitatif untuk menguji hipotesis dan membangun generalisasi dan teori. Sejarawan seperti itu disebut sebagai sejarawan ilmu sosial dan karyanya disebut sebagai sejarah yang ilmiah. Kajian yang bersifat kuantitatif, seperti jumlah suara dalam Pemilu tahun 1955 di Indonesia; perkembangan demografi dari pembangunan lima tahun pada zaman Orde Baru, dan jumlah anggota partai politik dalam pemerintahan Demokrasi Liberal tahun 1950-an di Indonesia merupakan data kuantitatif yang dapat dianalisis dengan teknik kuantitatif pula. Sejarah sebagai ilmu tidak hanya bergantung pada kajian kuantitatif, tetapi juga kualitatif.

Artinya, sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dan memiliki metode pengkajian ilmiah untuk mendapatkan suatu kebenaran. Sejarah sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak jejaknya di waktu sekarang, di mana tekanan perhatian terutama diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan segi segi urutan perkembangannya, yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (diucapkan, dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/diketemukan masa sekarang.

Sejarah sebagai ilmu harus memiliki objek, yakni kejadian manusia di masa lalu, metode tersendiri, dan pokok permasalahan. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi secara kritis, analitis, imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data, peninggalan, bukti tulisan, rekaman.Didalam metodologi penulisan sebuah sejarah menggunakan berbagai tahapan. Tahapan penulisan sejarah yaitu mengumpulkan sumber (heuristik), menyeleksi sumber (verifikasi/kritik), penafsiran sumber (interpretasi) dan penulisan peristiwa sejarah (historiografi).

Sejarah sebagai ilmu positif berawal dari anjuran Leopold von Ranke kepada para sejarawan untuk menulis apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan menulis apa yang terjadi, sejarah akan menjadi objektif.
Sejarah dapat dilihat sebagai ilmu dengan karakteristik tertentu. Sejarah termasuk dalam ilmu manusia yang dalam perjalanan waktu dipecah menjadi ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan.

Sejarah termasuk ilmu empiris karena itulah sejarah sangat bergantung pada pengalaman manusia. Oleh karena sejarah berbicara tentang manusia, biasanya sejarah dimasukkan dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan antropologi dan sosiologi. Sejarah membicarakan manusia dari segi waktu. Dalam waktu, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yakni perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan. Artinya, sejarah melihat perkembangan masyarakat dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Sejarah juga melihat kesinambungan yang terjadi dalam suatu masyarakat.Sejarah juga melihat pengulangan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah juga melihat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar.

Dalam meneliti objeknya, sejarah berpegang dengan teorinya sendiri. Selain mempunyai teori, sejarah juga mempunyai generalisasi seperti ilmu lain, sejarah juga menarik kesimpulan kesimpulan umum. Sering kali generalisasi sejarah merupakan koreksi atas kesimpulan kesimpulan ilmu lain. Untuk itu, sejarah juga mempunyai metode sendiri, berbeda dengan hukum ilmu ilmu sosial yang terlalu bersifat mekanis. Metode sejarah bersifat terbuka dan hanya tunduk pada fakta.

Sejarah juga seperti ilmu ilmu lain yang membutuhkan riset, penulisan yang baik, penalaran yang teratur, dan sistematika yang runtut, serta konsep yang jelas.

Sejarah sebagai ilmu memiliki sifat/karakteristik sebagai berikut.
1.      Empiris, yaitu dengan fakta dan bukti yang jelas dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan
2.      Objektivitas, yaitu manusia yang berperan dan terlibat dalam sejarah
3.      Teoretis, yaitu pendapat para sejarawan untuk menjelaskan suatu kejadian  
4.      Generalisasi, yaitu para sejarawan menyimpulkan suatu kejadian berdasarkan pemikiran yang rasional
5.      Metode, yaitu cara yang disusun sistematis untuk mempermudah suatu masalah

C. Sejarah sebagal Kisah

Sejarah sebagai kisah (history as a narrative) adalah cerita berupa narasi yang telah disusun dari memori atau ingatan, dan kesan atau tafsiran sejarawan terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau. Sejarah sebagai kisah dapat dibaca dalam buku teks sejarah, majalah, atau surat kabar. Selain itu, sejarah dapat pula kita dengarkan dan lihat melalui narasi yang diceramahkan oleh siaran media elektronik, seperti radio dan televisi atau film. Sejarah sebagai kisah dapat pula kita ikuti ketika seorang guru sejarah menerangkan kejadian sejarah melalui ceramah dalam proses belajar-mengajar sejarah di kelas. Sejarah sebagai kisah (hismire reite), dapat diartikan sebagai rekontruksi peristiwa masa lampau oleh manusia masa kini melalui berbagai fakta dan penafsiran.

Seorang sejarawan akan mempelajari dan menggambarkan kejadian masa lalu yang sifatnya unik dan mendekati kejadian unik tersebut dengan pendekatan yang bersifat pribadi. Hasil pekerjaan mereka kemudian disajikan semenarik mungkin. Hasil pekerjaan mereka tersebut dapat digolongkan ke dalam sejarah sebagai kisah.

Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipe'rtanggungjawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan sejara hse bagai kisah,parasejarawan menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.  

Sejarah sebagai kisah juga memiliki sifat/karakteristik, antara lain sebagai berikut
1.      Subjektif, yaitu berdasarkan ingatan masalalu seseorang/pendapat masing-masing seseorang.
2.      Sarana untuk mengungkapkan kembali sejarah



D. Sejarah sebagai Peristiwa

Sejarah sebagai peristiwa diartikan sebagai peristiwa masa lampau manusia yang benar-benar terjadi (histoire realita) sehingga hanya terjadi satu kali saja, yaitu pada saat kejadiannya sedang berlangsung. Peristiwa tersebut tidak mungkin terjadi lagi pada masa-masa selanjutnya.

Setiap peristiwa yang terjadi akan berbeda dengan peristiwa sebelumnya, kalaupun peristiwanya sejenis, namun waktu dan tempat serta pelaku sejarahnya berbeda. Sering juga ada istilah sejarah berulang, sebetulnya yang berulang bukan peristiwanya, melainkan gejala dari peristiwa itu yang berulang.

Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah'sebagai peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa tersebut, yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa.

Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruanglingkup kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang akan datang.

Sejarah sebagai peristiwa memiliki sifat/karakteristik, yaitu sebagai berikut.
1.      Objektif, yaitu sejarah berdasarkan hasil kumulatif/gabungan dari beberapa pendapat para sejarawan yang bersifat fakta dan berdasarkan bukti yang jelas.
2.      Empiris, yaitu berdasarkan data yang sebenarnya


E. Sejarah sebagai Seni

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan dapat sebagai propaganda. Sejarawan abad 19 bernama Comte, Spencer, dan Mill menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam dapat dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsufmodern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak mudah menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa.

Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya. menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti.

Dengan demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni. ,

Sejarah sebagai seni memiliki sifat/karakteristik sebagai berikut:
1.      Intuisi, yaitu mengetahui secara langsung kejadian sejarah
2.      Imanjinasi, yaitu sejarawan harus bisa mcnggambarkan/ membayangkan peristiwa sejarah yang terjadi
3.      Emosi, yaitu luapan perasaan sejarawan untuk menghadirkan peristiwa sejarah yang seolah-olah dapat dirasakan dan terjadi
4.      Gaya bahasa, yaitu bahasa kiasan yang dipakai sejarawan untuk memperindah tulisan sejarah

KESIMPULAN

Peristiwa yang menceritakan pada zaman dahulu. kisah yang akan di bukukan. ilmu yang dapat kita ambil dari sejarah penjajahan. seni yang dibuat dengan tangan dan di ukir begitu bagus

Priodisasi dan Kronologi Sejarah


Guru Pembimbing : Abdullah, S.Pd
Nama kelompok :
-          Cyndi Arsita Sari
-          Elmi Saputri
-          Kamelia
A. Priodisasi dan Kronologi Sejarah
1. Priodisasi Sejarah
            Sejarah merupakan sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang arenanya. Sejarah melewati ratusan bahkan ribuan tahun dengan melibatkan pemahaman dalam kehidupan manusia yang sangat banyak.
            Priodisasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa. Priodisasi digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan sejarah kehidupan manusia.
            Sejarah juga mengenal istilah priodisasi yang bertugas membuat klasifikasi dari peristiwa – peristiwa sejarah dalam tahap – tahap dan pembabakan tertentu. Priodisasi dalam sejarah dapat dilakukan dengan banyak klasifikasi berdasarkan sejumlah aspek dalam kehidupan manusia, seperti perkembangan sistem, politik, pemerintahan, agam dan kepercayaan, ekonomi dan sosial budaya.
            Contoh berikut berdasarkan sistem mata pencaharian :
a.         Masa berburu dan meramu
b.        Masa bercocok tanam
c.         Masa bercocok tanam lanjut
d.        Masa perundagian

Secara umum priodisasi sejarah Indonesia dikelompokkan menjadi beberapa zaman, yaitu :
a.    Prasejarah / pra-aksara (zaman batu dan zaman logam)
b.    Masuk dan berkembangnya pengaruh budaya Hindu – Budha
c.    Masuk berkembangnya
d.   Zaman kolonial
e.    Zaman pendudukan Jepang
f.     Zaman kemerdekaan
g.    Masa orde lama
h.    Masa orde baru
i.      Masa reformasi
Tujuan dibuatnya priodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya. Priodisasi dilakukan atas dasar di dalam sejarah aspek kesinambungan merupakan suatu hal yang penting. Dengan demikian tujuan diadakan priodisasi ialah untuk mengadakan tinjauan menyeluruh terhadap peristiwa dan saling berhubungan dengan berbagai aspeknya.

2. Kronologi Sejarah
            Kronologi sejarah erat kaitannya dengan priodisasi sejarah. Kronologi sejarah diperlukan karena dalam peristiwa – peristiwa sejarah terdiri dari berbagai jenis dan bentuk yang berbeda.
            Perstiwa sejarah akan selalu berlangsung sesuai dengan urutan waktu sehingga peristiwa – peristiwa sejarah tidak terjadi secara melompat – lompat urutan waktunya atau bahkan berbalik urutan waktunya (anakronis).
            Tujuan dibuatnya kronologis dalam sejarah adalah agar penyusunnya berbagai peristiwa sejarah dalam priodisasi tertentu tidak tumpang tindih atau rancu dengan metode lainnya

B. Berfikir Sejarah Diakronit
            Diakronit berasal dari kata diachrinich yang terdiri dari dua kata yaitu : “choronicus” yang artinya waktu dan “kronos” artinya perjalanan waktu.
            Diakronis artinya memanjang dalam waktu, tetapi terbatas dalam ruang dengan demikian diakronik dapat diartikan sebagai suatu peristiwa  yang berhubungan dengan peristiwa – peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba – tiba.
Dalam diakronik perlu dicermati hal berikut :
1.    Mempelajari kehidupan sosial secara memanjang berdimensi waktu
2.    Memandang masyarakat sebagai suatu yang terus bergerak dan hubungan kualitas atau sebab akibat.
3.    Menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu kehidupan masyarakat secara berkesinambungan
4.    Menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis
5.    Digunakan dalam ilmu sejarah
Contoh :
Ketika menjelaskan peristiwa detik – detik proklamasi kemerdekaas Indonesia, sejarawan harus pula menjelaskan peristiwa yang melatarbelakangi seperti peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu, reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang peristiwa Rengasdengklok dan peristiwa penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.

C. Berfikir Sejarah Sikronik
            Sikronik artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sikronik menganalisis suatu tertentu pada saat tertentu atau titik tetap pada waktunya.
            Ilmu sejarah dan ilmu sosial ini saling berhubungan dengan berfikir sikronik.

Daftar Pustaka
Nana Supriatna, 2017. Periodesasi dan Kronologi Sejarah. Bandung. Kpg


Perkembangan Kehidupan Pada Masa Pra Aksara


Nama guru = Abdullah
Nama Kelompok = -Fredy rahmat
                                  -Rendy agus pratama
                                  -Erny Dayanti


Perkembangan Kehidupan Pada Masa Pra Aksara

1.Zaman batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia terbuat dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dan kayu dan tulang. Tetapi, pada zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dan batu.
2.Zaman batu tua (Palaeolithikum)
Zaman batu tua merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dan batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya, kapak genggam. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur.
Zaman batu madya (Mesolithikum)
Zaman batu madya merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dan zaman bath tua. Misalnya, pebble / kapak Sumatera.
3.Zaman batu muda (Neolithikum)
Zaman bath muda merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dan batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dan zaman sebelunmya. Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.
4.Zaman logam
Dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dan batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan
Perkembangan zaman logam di Indon esia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami tiga pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dan perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perungggu.
-Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan ciri kehidupan mayarakat
Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.
-Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Pada masa ini, kehidupan manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dan batu, kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan sekitarnya.
-Keadaan lingkungan
Kepulauan Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Ada pengaruh iklim dan pengaruh penyebaran hewan, manusia, dan kebudayaan, sebagai akibat pernah bergabungnya Indonesia dengan kedua benua tersebut. Tepi pantai, sungai, danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan bahan makanan merupakan tempat tinggal manusia purba. Mereka mendapatkan makanan secara langsung dan alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.
-Keberadaan manusia
Penelitian khusus tentang fosil manusia purba (Palaeoanthropologi) di Indonesia, dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahun 1889-1909, tahun 1931-1941, dan tahun 1952-sekarang.
  • Penelitian tahap I pada tahun 1889-1909 dilakukan oleh Dr. Eugene Dubois, yang menduga bahwa manusia purba hidupnya pasti di daerah tropis. Dubois menemukan fosil sepotong tulang kobi yang bisa menandakan bahwa pemiliknya berjalan tegak, di Trinil dekat Ngawi. Fosil tersebut adalah Pithecanthropus Erectus. Pada masa ini, ditemukan pula fosil manusia Wajak di daerah Kediri Jawa Timur, dan penemuan manusia purba di Kedungtrubus. Seluruh temuan Dubois tentang manusia purba di Indonesia adalah fosil-fosil tengkorak, ruas leher, rahang, gigi, tulang paha, dan tulang kering.
  • Penelitian tahap II antara 1931-1941 dilakukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koeningswal Mereka menemukan tengkorak dan tulang kering Pithecanthropus Soloensis di Ngandong Kabupaten Blora. Juga tahun 1936 Tjokrohandojo menemukan fosil tengkorak anak-anak di utara Mojokerto Antara tahun 1936-1941, Von Koeriingswald menemukan fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak di Sangiran Surakarta.
  • Penelitian tahap III, sebagian besar penemuan di Sangiran, yang menemukan bagian-bagian tubuh Pithecanthropus yang belum pernah ditemukan sebelumnya, seperti tulang muka dan dasar tengkorak.
 jenis manusia purba di Indonesia,.
A.Meganthropus
Meganthropus Palaeojavanicus adalah manusia paling primitif yang pernah ditemukan di Indonesia oleh Von Koertingswald tahun 1936 dan 1941 di formasi Pucangan, Sangiran. Fosil yang ditemukan tersebut berupa rahang manusia purba yang berukuran besar. Dan hasil penelitian disimpulkan bahwa jenis manusia tersebut bertubuh sangat besar. Fragmen rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 di lapisan terbawah formasi Kabuh.
B.Pithecanthropus Erectus
Fosil Pithecanthropus adalah fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Bentuk tubuh Pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Tingginya kira-kira 165-180 cm. Fosil Pithecanthropus Erectus saat saling dihubungkan membentuk sebuah kerangka yang mirip kera. Maka Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.
C.Homo
Homo Sapiens Wajak I ditemukan dekat Campur darat Tulungagung Jawa Timur oleh Van Rietschoten tahun 1889, terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. Temuan tersebut diselidiki pertama kali oleh Dubois. Homo Sapiens Wajak II ditemukan oleh Dubois tahun 1890 di tempat yang sama, terdiri atas fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.
-

-Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan, penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dan tulang dan tanduk. Movius menggolongkan alat-alat dan batu sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, proto kapak genggam, dan kapak genggam.
-Kehidupan sosial
Manusia purba semenjak Pithecanthropus hingga Homo Sapiens dan Wajak, menggantungkan kehidupannya pada kondisi alam. Daerah sekitar tempat tinggalnya harus dapat memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan tumbuhan dan hewan-hewan kecil. Selain itu, mereka juga bekerjasama dalam rangka menanggulangi nserangan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka
Alat-alat yang dibuat dan batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.
-Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
-Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnnya,karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial keempat, terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, dan terpaksa menyesuaikan din dengan lingkungan baru. Tumbuh-tumbuhan yan mula-mula ditanam adalah kacang—kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainnya.
-Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
Di bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sekidit campuran Mongoloid.Sedangkan di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit lagi dipengaruhi oleh unsur-unsur Mongoloid. Lebih ketimur lagi, yaitu Nusa  Tenggara sekarang, terdapat pula Austromelanesoid.
-Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin, yaitu tradisi serpth bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera. Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
-Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atau gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya. Mereka membuat lukisan-lukisan di dmdmg gua, yang menggambarkan kegiatannya, dan juga kepercayaan masyarakat pada saat itu.
-Masa bercocok tanam
Perubahan dan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkt lanjut ke masa bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa ini sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.
-Manusia
Manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di Indonesia l3arat mendapat pengaruh besar dan ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi oleh komponen Austromelanesoid.
Kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat memberi makan sejumlah orang yang lebth besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan, karena mereka dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak pula.
-Teknologi
Masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dan batu dan mulai dikenalnya tekologi pembuatan gerabah. Alat yang terbuat dan batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.
-Kehidupan masyarakat
Masyarakat mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka sudah menunjukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru, yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan mulai memelihara hewan. Proses perubahan tata kehidupan yang ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan namun pasti.
Demikian pula dengan tempat tinggal, dan yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dinding dan rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk yang lebih maju dengan daya tampung yang lebih banyak, untuk menampung keluarga mereka. Gotong-royong merupakan suatu kewajiban yang memang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga orang banyak, seperti mendirikan rumah dan membersihkan saluran air untuk bercocok tanam.  Masyarakat merasa bahwa tanah merupakan kunci dari kehidupan. Oleh karena itu, mereka meningkatkan manfaat kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang-binatang peliharaan. Yang jelas mereka sudah tidak lagi tergantung pada alam. Mereka sudah mengadakan perubahan-perubahan, dengan menganggap sebagai pemilik atas unsur-unsur yang mengelilinginya.
Pemujaan roh nenek moyang
Pemujaan roh leluhur maupuri kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat saat itu. Kebiasaan semacam itu lazim disebut animisme dan dinamisme. Sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka.
Tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Terutama karena adanya pengaruh yang kuat dan yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakatdan kesuburan tanaman.
Masa perundagian
Pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu mengh asilkan bahan makanan sendiri, baik di bidang pertanian maupun peternakan. Pada masa perundagian, semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini mulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dan logam.
Pada perkembangan berikutnya, perlu dibedakan golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuatan gerabah, pembuatan benda-benda dan logam, perhiasan, dan lain sebagainya.

-Penduduk
Manusia yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini dapat diketahui dan berbagai penemuan sisa-sisa rangka dan berbagai tempat, antara lain di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur. Pada masa perundagian ini perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian dan mereka kemudian mulai mengadakan aktivitas perdagangan.
-Teknologi
Pada masa perundagian ini, teknologi berkembang sangat pesat, sebagai akibat adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu, banyak jenis pekerjaan yang mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu. Termasuk perkembangan  perdagangan dan pelayaran.
Teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, nampaknya menyangkut dan melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jienis logam yang dibutuhkan oleh manusia.
Di Indonesia, berdasarkan temuan-temuan arkeologis, penggunaan logam sudah dimulai beberapa abad sebelum masehi, yaitu penggunaan perunggu dan besi. Secara berangsur-angsur dan bertahap, penggunaan kapak batu diganti dengan logam. Namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak semuanya dapat digantikan dengan logam.
-Kehidupan sosial budaya
Seni ukir dan seni bias yang diterapkafl pada benda-benda megalitik mengalami kemajuan yang pesat. sedangkan yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah kepercayaan kepada arwah nenek moyang, karena dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatny Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-upacara  Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian adalah hidup yang penuh rasa setia kawan. Perasaan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan dan nenek moyang.
Kesimpulan
     
Manusia purba memiliki dua karakter khas dalam pola huniannya. Pertama, mereka memilih tinggal dekat dengan sumber air karena air merupakan kebutuhan manusia yang amat sangat penting, mulai dari sebagai kebutuhan jasmani hingga mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, mereka lebih memilih hidup di alam terbuka. Situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo adalah bukti dari pola hunian ini.
Hasil penelitian berupa fosil maupun artefak lainnya menunjukkan bahwa manusia purba masa praaksara pada awalnya hidup dengan cara berburu dan meramu, alias masih bergantung pada alam. Karena itu, mereka juga hidup berpindah-pindah seiring dengan ketersediaan makanan. Masa ini disebut pula dengan masa food gathering.
Setelah masa food gathering, mereka mulai mengenal masa food producing. Tidak hanya mengumpulkan makanan, manusia purba juga mulai melakukan kegiatan bercocok tanam untuk mengusahakan makanannya. Jika tanah sudah habis, mereka akan mencari lahan baru. Mereka mulai menebang bahkan membakar hutan. Jadi, kalau masih ada pelaku pembakaran hutan di tahun 2019 ini, mungkin dia hidup pada zaman yang salah, Quipperian.
Manusia purba masa praaksara juga memiliki sistem kepercayaanlho. Ada tiga sistem kepercayaan yang diyakini merupakan bagian dari masa praaksara. Pertama, animisme yang mempercayai pengaruh roh nenek moyang bagi kehidupannya. Kedua, dinamisme yang mempercayai kekuatan suatu benda dalam mempengaruhi kehidupannya. Ketiga, totemisme yang mempercayai kekuatan hewan yang dianggap suci.

Jawaban Eksplorasi Konsep - Modul 1.2 Abdullah, S.pd CGP Angkatan 11

1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik? Nilai-nilai yang ...