SMA NEGERI 3 BANGKO PUSAKO
Abdullah S.pd
X Ipa2
Kelompok 2:
·
Agung Pradana
·
Muhammad Fauzi
·
Mariati Nainggolan
·
Nurwahyuni
·
Serning Halawa
ISLAM
dan JARINGAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU
Kepulauan
indonesia memiliki laut dan daratan yang luas . para nelayan pergi
melaut dan pulang dengan membawa hasil tangkapan nya. Begitu juga pelabuhan
terlihat lalu lalang kapal yang membongkar dan memuat barang . Sungguh
menakjubkan hamparan laut yang sangat luas ciptaan tuhan. Coba kamu renungkan
alam semesta, lautan dan daratan semua ciptaan nya untuk kepentingan hidup kita
. marilah kita syukuri semua itu dengan menjaga lingkungan laut dan daratan
sebaik-sebaik nya.
Sejak
lama laut telah berfungsi sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antar suku
bangsa di kepulauan indonesia dan bangsa-bangsa di dunia. Pelaut tradisonal
indonesia telah memiliki keterampilan berlayar yang di pelajari nenek moyang
secaraturun temurun . bagi para pelaut samudra bukan sekedar suatu bentangan
air yang sangat luas . setiap perubahan warna, pola gerak air,
bentuk gelobang , jenis burung, dan ikan yang mengitari nya dapat membantu
pelaut dalam mengambil keputusan atau tindakan untuk menentukan arah
perjalanan. Sejak dulu mereka sudah mengenal teknologi arah angin dan musim untuk
menentukan perjalan perayaan dan
perdagangan. Kapal pedagang
yang berlayar ke selatan menggunakan musim
utara dalam januari dan febuari dan kembali lagi
pulang jika angin bertiup dari
selatan dalam juni,juli, atau agustus.
mereka dapat kembali pada
musim yang sama setelah tinggal sembentar – tapi
kebanyaan tinggal untuk berdagang- untuk menghindari musim perubahan
yang rawan badai dalam oktober dan kembali dengan musim timur laut.
Bacaan berikut akan memaparkan tentang
aktivitas perdagangan antar pulau pada masa awal perkembangan islam di
indonesia. Memahami aktivitas pelayaran dan perdagangan antar pulau yang membawa
sertta pesan-pesan agama ini dapat menjadi pelajaran dan menambah rasa syukur
terhadap tuhan yang maha esa.
Islam
dan Jaringan Perdagangan Antar Pulau Jaringan perdagangan dan pelayaran
antarpulau di Nusantara terbentuk karena antarpulau saling membutuhkan
barang-barang yang tidak ada di tempatnya. Untuk menunjang
terjadinya hubungan itu, para pedagang harus melengkapi diri dengan pengetahuan
tentang angin, , pembuatan kapal, dan kemampuan diplomasi
dagang. Dalam kondisi seperti itu, muncullah saudagar-saudagar dan
syahbandar yang berperan melahirkan dan membangun pusat-pusat perdagangan di
Nusantara.
Pelaut-pelaut
Nusantara juga telah mengetahui beberapa rasi bintang. Ketika berlayar pada
siang hari, mereka mencari pedoman arah pada pulau-pulau, gunung-gunung,
tanjung-tanjung, atau letak kedudukan matahari di langit. Pada malam hari
mereka memanfaatkan rasi bintang di langit yang cerah sebagai pedoman arahnya.
Para pelaut mengetahui bahwa rasi bintang pari berguna sebagai pedoman mencari
arah selatan dan rasi bintang biduk besar menjadi pedoman untuk menentukan arah
utara. Hubungan perdagangan antarpulau di Indonesia sebelum tahun 1500 berpusat
di beberapa wilayah, antara lain Samudera Pasai, Sriwijaya, Melayu, Pajajaran,
Majapahit, Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore.Wilayah Nusantara menyimpan berbagai
kekayaan di darat dan di laut. Sumber daya alam ini sejak dulu telah
dimanfaatkan untuk keperluan sendiri dan diperdagangkan antarpulau atau
antarnegara. Barang dagangan utama yang mendapat prioritas dalam perdagangan
antarpulau, yaitu a.lada, emas, kapur barus, kemenyan, sutera, damar madu,
bawang putih, rotan, besi, katun (Sumatera); b.beras, gula, kayu jati (Jawa);
c.emas, intan, kayu-kayuan (Kalimantan); d.kayu cendana, kapur barus, beras,
ternak, belerang (Nusa Tenggara); e.emas, kelapa (Sulawesi); dan f. perak,
sagu, pala, cengkih, burung cenderawasih, perahu Kei (Maluku dan Papua).
Rasi bintang biduk besar dan rasi bintang pari. Pada
saat ini cara perdagangan dilakukan melalui system barter (tukar menukar barang
dengan barang). Sistem barter umumnya dilakukan oleh para pedagang daerah
pedalaman. Hal ini disebabkan kegiatan komunikasi dengan daerah-daerah luar
kurang lancer.
Beberapa macam mata uang yang telah beredar pada saat
itu adalah 1.Drama (Dirham), mata uang emas dari Pedir dan Samudera Pasai;
2.Tanga, mata uang perak dari Pedir; 3.Ceiti, mata uang timah dari Pedir;
4.Cash (Caxa), mata uang emas di Banten; 5.Picis, mata uang kecil di Cirebon;
6.Dinara, mata uang emas dari Gowa-Tallo; 7.Kupa, mata uang emas kecil dari
Gowa-Tallo; 8.Benggolo, mata uang timah dari Gowa-Tallo; Tumdaya, mata uang
emas di Pulau Jawa; dan 10.Mass, mata uang emas di Aceh Darussalam. Mata uang
asing yang telah digunakan dalam kegiatan perdagangan di Nusantara antara lain
Real (Arab); Yuan dan Cash (Cina).
Para pedagang Nusantara, baik dari Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Maluku, maupun pulau-pulau lain telah berjasil menjalin hubungan
dagang bandar-bandar, seperti Malaka dan Johor di Semenanjung Malaka; Pattani,
dan Kra di Thailand; Pegu di Myanmar (Birma); Campa di Kamboja; Manila di
Filipina; Brunei dan bandar-bandar lain. Perahu yang dipakai dalam pelayaran di
masa lalu.
B. PERAN KEPULAUAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN DAN
PELAYARAN DI ASIA TENGGARA SAMPAI ABAD KE-18
- Munculnya pusat-pusat perdagangan Nusantara disebabkan adanya
kemampuan sebagai tempat berikut ini:
- 1.Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu tempat ke tempat lain.
- 2.Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal yang singgah di Nusantara.
- 3.Pengumpul barang komoditas yang diperlukan bangsa lain.
- 4.Penyedia tempat pemasaran bagi barang-barang asing yang siap
disebarkan keseluruh Nusantara.
- Peranan Sriwijaya sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran
di Asia Tenggara umumnya dan Nusantara khususnya, kemudian digantikan oleh
Kesultanan Samudera Pasai sejak abad ke-13.
Perdagangan antarpulau di Indonesia pada
masa kuno
Kawasan nusantara terdiri dari beribu-ribu
pulau yang memanjang dari barat sampai ke timur. Diantara pulau satu dengan
lainnya itu telah terjalin hubungan yang berlangsung sejak dulu, diantaranya
hubungan perdagangan, terutama pada masa kerajaan-kerajaan Islam nusantara.
Berlangsungnya interaksi perdagangan antara lain harus didukung pengetahuan
tentang angin. Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudera besar,
wilayahnya dilalui garis khatulistiwa, sehingga Indonesia memiliki iklim muson,
yaitu iklim yang ditandai pergantian arah angin yang berlangsung selama enam
bulan sekali di daerah khatulistiwa. Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang
perubahan arah angin, maka di sekitar bulan September-Oktober kapal-kapal yang
berada di sebelah timur akan berlayar ke sebelah barat. Sebaliknya, pada
sekitar bulan Maret-April kapal-kapal berlayar dari barat ke arah timur.
Semula kegiatan perdagangan di nusantara bersifat
insidental, namun lambat laun terjadi perubahan menjadi kegiatan yang
berlangsung terus menerus, ramai, dan semakin menguntungkan. Dengan demikian
muncullah beberapa pusat perdagangan yang dimiliki kerajaan-kerajaan yang
wilayahnya menjangkau pantai. Adapun pusat-pusat perdagangan sebelum tahun 1500
antara lain berpusat di sumatera tengah abad ke-5/6, sriwijaya abad ke-7/14,
melayu abad ke-14, bali abad ke-11, pajajaran abad ke-11, pajajaran abad ke-8
sampai ke-16, majapahit abad ke-13/14, gowa-tallo abad ke-2, ternate dan tidore
abad ke-13, samudera pasai abad ke-13, dan sebagainya.
Kegiatan
perdagangan yang berlangsung pada masa itu dilakukan dengan cara sistem barter
(tukar menukar barang dengan barang). Sedikit sekali penduduk yang telah melakukan
tukar menukar dengan menggunakan uang. Sistem barter umumnya dilakukan para
pedagang dari daerah pedalaman. Sebab, kegiatan komunikasi dengan daerah-daerah
luar kurang begitu lancar. berlainan dengan di pedalaman, masyarakat daerah
pesisir pantai telah menjalin hubungan yang baik dengan pihak luar, sehingga
sebagian besar penduduk telah menggunakan mata uang dalam kegiatan perdagangan.
0 komentar:
Posting Komentar