Minggu, 08 April 2018

ISLAM dan JARINGAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU


SMA NEGERI 3 BANGKO PUSAKO
Abdullah S.pd
X Ipa2
Kelompok 2:
·        Agung Pradana
·        Muhammad Fauzi
·        Mariati Nainggolan
·        Nurwahyuni
·        Serning Halawa

ISLAM dan JARINGAN PERDAGANGAN ANTAR PULAU
           
            Kepulauan indonesia memiliki laut dan daratan  yang luas . para nelayan pergi melaut dan pulang dengan membawa hasil tangkapan nya. Begitu juga pelabuhan terlihat lalu lalang kapal yang membongkar dan memuat barang . Sungguh menakjubkan hamparan laut yang sangat luas ciptaan tuhan. Coba kamu renungkan alam semesta, lautan dan daratan semua ciptaan nya untuk kepentingan hidup kita . marilah kita syukuri semua itu dengan menjaga lingkungan laut dan daratan sebaik-sebaik nya.
            Sejak lama laut telah berfungsi sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antar suku bangsa di kepulauan indonesia dan bangsa-bangsa di dunia. Pelaut tradisonal indonesia telah memiliki keterampilan berlayar yang di pelajari nenek moyang secaraturun temurun . bagi para pelaut samudra bukan sekedar suatu bentangan air yang sangat luas . setiap perubahan warna, pola  gerak air, bentuk gelobang , jenis burung, dan ikan yang mengitari nya dapat membantu pelaut dalam mengambil keputusan atau tindakan untuk menentukan arah perjalanan. Sejak dulu mereka sudah mengenal teknologi arah angin dan musim untuk menentukan  perjalan  perayaan dan perdagangan.  Kapal  pedagang yang  berlayar  ke selatan menggunakan musim utara  dalam januari dan febuari dan kembali  lagi pulang  jika angin   bertiup dari selatan  dalam juni,juli, atau agustus.
 mereka dapat kembali  pada musim  yang sama setelah  tinggal sembentar – tapi kebanyaan tinggal untuk berdagang- untuk menghindari musim  perubahan yang rawan badai dalam oktober dan kembali dengan musim timur laut.
Bacaan berikut akan memaparkan tentang aktivitas perdagangan antar pulau pada masa awal perkembangan islam di indonesia. Memahami aktivitas pelayaran dan perdagangan antar pulau yang membawa sertta pesan-pesan agama ini dapat menjadi pelajaran dan menambah rasa syukur terhadap tuhan yang maha esa.
            Islam dan Jaringan Perdagangan Antar Pulau Jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau di Nusantara terbentuk karena antarpulau saling membutuhkan barang-barang yang tidak ada di tempatnya.  Untuk menunjang terjadinya hubungan itu, para pedagang harus melengkapi diri dengan pengetahuan tentang angin, , pembuatan kapal, dan kemampuan diplomasi dagang.  Dalam kondisi seperti itu, muncullah saudagar-saudagar dan syahbandar yang berperan melahirkan dan membangun pusat-pusat perdagangan di Nusantara.           
            Pelaut-pelaut Nusantara juga telah mengetahui beberapa rasi bintang. Ketika berlayar pada siang hari, mereka mencari pedoman arah pada pulau-pulau, gunung-gunung, tanjung-tanjung, atau letak kedudukan matahari di langit. Pada malam hari mereka memanfaatkan rasi bintang di langit yang cerah sebagai pedoman arahnya. Para pelaut mengetahui bahwa rasi bintang pari berguna sebagai pedoman mencari arah selatan dan rasi bintang biduk besar menjadi pedoman untuk menentukan arah utara. Hubungan perdagangan antarpulau di Indonesia sebelum tahun 1500 berpusat di beberapa wilayah, antara lain Samudera Pasai, Sriwijaya, Melayu, Pajajaran, Majapahit, Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore.Wilayah Nusantara menyimpan berbagai kekayaan di darat dan di laut. Sumber daya alam ini sejak dulu telah dimanfaatkan untuk keperluan sendiri dan diperdagangkan antarpulau atau antarnegara. Barang dagangan utama yang mendapat prioritas dalam perdagangan antarpulau, yaitu a.lada, emas, kapur barus, kemenyan, sutera, damar madu, bawang putih, rotan, besi, katun (Sumatera); b.beras, gula, kayu jati (Jawa); c.emas, intan, kayu-kayuan (Kalimantan); d.kayu cendana, kapur barus, beras, ternak, belerang (Nusa Tenggara); e.emas, kelapa (Sulawesi); dan f. perak, sagu, pala, cengkih, burung cenderawasih, perahu Kei (Maluku dan Papua).
Rasi bintang biduk besar dan rasi bintang pari. Pada saat ini cara perdagangan dilakukan melalui system barter (tukar menukar barang dengan barang). Sistem barter umumnya dilakukan oleh para pedagang daerah pedalaman. Hal ini disebabkan kegiatan komunikasi dengan daerah-daerah luar kurang lancer.
Beberapa macam mata uang yang telah beredar pada saat itu adalah 1.Drama (Dirham), mata uang emas dari Pedir dan Samudera Pasai; 2.Tanga, mata uang perak dari Pedir; 3.Ceiti, mata uang timah dari Pedir; 4.Cash (Caxa), mata uang emas di Banten; 5.Picis, mata uang kecil di Cirebon; 6.Dinara, mata uang emas dari Gowa-Tallo; 7.Kupa, mata uang emas kecil dari Gowa-Tallo; 8.Benggolo, mata uang timah dari Gowa-Tallo; Tumdaya, mata uang emas di Pulau Jawa; dan 10.Mass, mata uang emas di Aceh Darussalam. Mata uang asing yang telah digunakan dalam kegiatan perdagangan di Nusantara antara lain Real (Arab); Yuan dan Cash (Cina).
Para pedagang Nusantara, baik dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, maupun pulau-pulau lain telah berjasil menjalin hubungan dagang bandar-bandar, seperti Malaka dan Johor di Semenanjung Malaka; Pattani, dan Kra di Thailand; Pegu di Myanmar (Birma); Campa di Kamboja; Manila di Filipina; Brunei dan bandar-bandar lain. Perahu yang dipakai dalam pelayaran di masa lalu.

B. PERAN KEPULAUAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN DAN PELAYARAN DI ASIA TENGGARA SAMPAI ABAD KE-18
  • Munculnya pusat-pusat perdagangan Nusantara disebabkan adanya kemampuan sebagai tempat berikut ini:
  • 1.Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu tempat ke tempat lain.
  • 2.Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal yang singgah di Nusantara.
  • 3.Pengumpul barang komoditas yang diperlukan bangsa lain.
  • 4.Penyedia tempat pemasaran bagi barang-barang asing yang siap disebarkan keseluruh Nusantara.
  • Peranan Sriwijaya sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara umumnya dan Nusantara khususnya, kemudian digantikan oleh Kesultanan Samudera Pasai sejak abad ke-13.

Perdagangan antarpulau di Indonesia pada masa kuno
Kawasan nusantara terdiri dari beribu-ribu pulau yang memanjang dari barat sampai ke timur. Diantara pulau satu dengan lainnya itu telah terjalin hubungan yang berlangsung sejak dulu, diantaranya hubungan perdagangan, terutama pada masa kerajaan-kerajaan Islam nusantara. Berlangsungnya interaksi perdagangan antara lain harus didukung pengetahuan tentang angin. Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudera besar, wilayahnya dilalui garis khatulistiwa, sehingga Indonesia memiliki iklim muson, yaitu iklim yang ditandai pergantian arah angin yang berlangsung selama enam bulan sekali di daerah khatulistiwa. Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang perubahan arah angin, maka di sekitar bulan September-Oktober kapal-kapal yang berada di sebelah timur akan berlayar ke sebelah barat. Sebaliknya, pada sekitar bulan Maret-April kapal-kapal berlayar dari barat ke arah timur.

Semula kegiatan perdagangan di nusantara bersifat insidental, namun lambat laun terjadi perubahan menjadi kegiatan yang berlangsung terus menerus, ramai, dan semakin menguntungkan. Dengan demikian muncullah beberapa pusat perdagangan yang dimiliki kerajaan-kerajaan yang wilayahnya menjangkau pantai. Adapun pusat-pusat perdagangan sebelum tahun 1500 antara lain berpusat di sumatera tengah abad ke-5/6, sriwijaya abad ke-7/14, melayu abad ke-14, bali abad ke-11, pajajaran abad ke-11, pajajaran abad ke-8 sampai ke-16, majapahit abad ke-13/14, gowa-tallo abad ke-2, ternate dan tidore abad ke-13, samudera pasai abad ke-13, dan sebagainya.
            Kegiatan perdagangan yang berlangsung pada masa itu dilakukan dengan cara sistem barter (tukar menukar barang dengan barang). Sedikit sekali penduduk yang telah melakukan tukar menukar dengan menggunakan uang. Sistem barter umumnya dilakukan para pedagang dari daerah pedalaman. Sebab, kegiatan komunikasi dengan daerah-daerah luar kurang begitu lancar. berlainan dengan di pedalaman, masyarakat daerah pesisir pantai telah menjalin hubungan yang baik dengan pihak luar, sehingga sebagian besar penduduk telah menggunakan mata uang dalam kegiatan perdagangan.



0 komentar:

Posting Komentar

Jawaban Eksplorasi Konsep - Modul 1.2 Abdullah, S.pd CGP Angkatan 11

1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik? Nilai-nilai yang ...