Tugas Sejarah
KELAS : XI IPA1
Oleh
Kelompok 3:
Dwi Winda
Purnama
Jonrio Pakpahan
Marselia Dahyana
Nurjannah
Pino Henriko
Riza Wahyuni
Dampak
Kebijakan Jepang Di Indonesia
1. Dalam
Politik, sejak awal pemerintahan
jepang melarang berserikat dan berkumpul. Para tokoh pergerakan nasional pun
mengambil sikap kooperatif, sehingga mereka bisa duduk dalam badan-badan
bentukan jepang, seperti gerakan 3A,
PUTERA, dan cuo sangi in. Kesatuan- kesatuan pertahanan bentukan jepang
seperti, Jawa Hokakai, Heiho, Dan PETA
Juga dimaanfaatkan.
2. Dibidang
Ekonomi, jepang berusaha mendapatkaan
dan menguasai sumber-sumber alam untuk industri perang. Eksploitasi sumber daya
ini menyebabkan kesengsaraan rakyat. Penebangan hutan ( untuk pertanian)
menyebabkan banjir, penyerahan hasil panen dan romusha menyebabkan rakyat kekurangan makan dan sakit-sakitan.
Akibatnya angka kematian pun meningkat tajam.
3. Dibidang
Social, jepang melakukana mobilisasi
massa dengan mengerahkan ratusan ribu penduduk dasa melakukan rumusha membangun
serana dan praserana perang. Rakyat dieksplotasi, dikuras tenaganya tanpa upah
dan makan sehingga banyak orang yanhg kelaparana, sakit, dan mati.
4. Dibidang
birokrasi, Jepang menberi kesempatan
kepada bangsa Indonesia untuk turut serta dalam pemerintahan karena pada
pertengahan 1943 kedudukan jepang dalam perang pacific mulai terdesak.
5. Dibidang
militer, jepang menyadari perlunya
dukungan penduduk dari daerah yang diduduki karena situasi perang passifik
tahun tahun 1943 mulai berubah.
Diindonesia ada dua jenis kesatuaan pertahanan yang dibentuk
·
Kesatuan pertahanan semimiliter diantaranya
seinendan ( Barisan pemuda) keibodan (
Barisan pembantu polisi),, Fujinkai ( Barisan wanita) dan jibakutai ( Barisan
berani mati)
·
Kesatuan pertahanan
militer antara lain Heiho ( Pembantu
prajurit jepang) dan PETA (Pembela tanah air)
·
PETA Dibentuk atas
permohonan Gatot Mangkuprujo kepada panglima tertinggi jepang. Dari pasukan PETA inilah muncul tokoh-tokoh
militer nasional seperti jendral
Seodirman, Jendral Gatot Subroto, Jendral Ahmad Yani, Supriyadi, Dan
Sebagainya.
6. Pendidikan masaa pendidikan jepang
merosot jika dibandingkan zaman
Hindia Belanda. Jumlah sekolah menurun drastis dan sekolah-sekolah
dijadikan tempat indoktrinasi tentang Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
7. Dibidang kebudayaan justru terjadi peningkatan yang
berati
1. Oleh
jepang Bahasa Indonesia dijadikan Bahasa pengantar yang digunakan disekolah,
surat kabar dan radio, bahkan papan nama tokoh dan perusahaan. Bahasa Indonesia
dilarang digunakan. Meluasnya penggunaan Bahasa Indonesia mempertebal
kebangsaan.
2.
Seni sastra nasional
zaman jepang juga berkembang baik didukung dengan berkembangnya baik
diddukungnya dengan penggunaan bahsa Indonesia. Seni music dan seni rupa
didukung. Agar karya budaya ini tidak
menyimpang dari tujuan jepang, maka pada 1 April 1943 dijakarta Didirikan Pusat
Kebudayaan dengaan nama Keimin Bunko
Shidosho
Daftar Pustaka
Agung,
Leo dan Dwi Ari Listiyani. 2009. Mandiri Sejarah SMA Kelas XI Program Ilmu
Sosial. Surakarta:ERLANGGA.
Pengaruh Kebijakan Pemerintahan Kedudukan
Jepang Di Indonesia
Dengan
Penandatanganan ini maka perang dunia II Membawa akibat bagi bangsa indonesia,
yaitu:
1. Akibat
positif, Yaitu imperialism belanda di Indonesia berakhir.
2. Akibat
negatif, yaiitu Indonesia dijajah jepang.
Masa penjajahan jepang diindonesia walaupun
tidak begitu lama akan tetapi mengakibatkan penderitaan lahir maupun batin.
Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat
Indonesia mempunyai dua prioritas, yaitu:
1. Menghapuskan
pengaruh-pengaruh barat dikalangan rakyat Indonesia
2. Menggerakan
rakyat Indonesia demi kemenangan jepang dalam perang Asia Timur Raya
Adapun berbagai kebijakan
pemerintah pendudukan jepang di Indonesia adalah sebagai berikut.
Sistem
Pemerintahan
Pada
mulanya kedatangan jepang disambut gembira oleh nangsa Indonesia karenaa
berusaha menarik simpati dengan car acara berikut:
1. Mengumandangkan
propaganda bahwa jepang merupakan “
Saudara Tua” bangsa Indonesia
2. Menggunakan
Bahasa Indonesia disamping Bahasa jepang sebagai Bahasa resmi.
3. Mengikutsertakan
orang-orang Indonesia dalaam organisasi-organisasi resmi pemerintahan jepang.
4. Menarik
simpati umat islam dengan mengizinkan organisasi Majelis Islam A’laindonesia
tetap berdiri
5. Bendera
merah putih boleh kibarkan berdampingan dengan bendera jepang Hinomoru. Begitu
juga lagu Indonesia raya boleh dinyayikan di samping lagu kebangsaan jepang
Kimigayo.
6. Rakyat
diwajibkan menyerahkan besis tua
7. Semua
harta peninggalan belanda yang berupa perkebunan, pabrik, bank disita.
Pengaruh
Kebijakan Pemerintahan Pendudukan Jepang Terhadap Pergerakan Kebangsaan Indonesia
A.
Pengaruh Kebijakan Jepang Pada Bidang Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai
Nippon (Pemerintahan Militer Jepang) adalah melarang semua rapat dan kegiatan
politik pada tanggal 20 Maret 1942, Dikeluarkan peraturan yang membubarkan
semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September
1942 Dikeluarkan UU no.2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
·
Selain itu, jepang pun
m elakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:
·
Menganggap jepang
sebagai saaudara tua bangsa asia (Hokko Ichiu)
·
Melancarkan somboyan 3A
(Jepang pemimpin, jepang cahaya dan jepang pelindung asia)
·
Melancarkan simpati
lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelaajar
·
Menarik simpati umat
islam untuk pergi haji.
·
Menarik simpati
organisasi islam MIAI.
·
Melancarkan politik
dumping.
·
Mengajak untuk
bergabung tokoh-tokoh perjuangan nasional seperi: Ir. Seokarno, Drs.M.Hatta
Serta Sutah Sahir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari pimpinan
belanda.
Selain Propaganda, Jepang juga
melakukan berbagai tindakan nyata berupa peembentukan badan-badan kerja sama
berikut:
·
PUTERA (PUSAT TENAGA
RAKYAT)Dengan tujuan membujuk kaum nasionalis sekuler dan intekektual agar
menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mengabdi kepada jepang.
·
Jawa Hokakai (Himpunan
Kebaktian Jawa) Merupakan organoisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam
profesi (Dokter, pendidik, kebaktiaan wanita pusat dan perusahaan
Penerapan
system autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan
perang). Setelah penyerahan kekuasaan dari belanda kepada jepang dikalijati
maka seluruh daerah Hindia Belanda Menjadi 3 daerah pemerintahan militer:
·
Daerah bagian tengah
meliputi jawa dan Madura dikuasai oleh tentara keeenambelas dengan kantor pusat
di Batavia (Jakarta)
- Daerah
bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi dikuasai
oleh tentara keduapuluhlima.
- Daerah
bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian
Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Selain kebijakan politik di atas,
pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam birokrasi
pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat
pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat.
Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
- Pembentukan
Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai
pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi
Imamura.
- Pembentukan
Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi
(Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin
oleh Jendral Tanabe.
- Pembentukan
Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal
dengan Armada Selatan ke dua dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana
Maeda.
Untuk kedudukan pemerintahan
militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di Dalat/Vietnam.
Pada masa pendudukan Jepang
perjuangan untuk mencapai kemerdekan dilakukan secara kooperatif (bekerja sama)
serta dengan cara sembunyi-sembunyi atau bawah tanah. Adapun
organisasi-organisasi buatan Jepang yang digunakan untuk menanamkan nasionalisme
Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan
April 1942, dengan ketuanya adalah Mr. Syamsudin. Semboyan Gerakan Tiga A
adalah:
1. Nippon Cahaya
Asia,
2. Nippon
Pelindung Asia, dan
3. Nippon
Pemimpin Asia.
Tujuan Gerakan Tiga A adalah
menanamkan kepercayaan rakyat bahwa Jepang adalah pelindung dan pemimpin Asia.
Namun, rakyat Indonesia telah mengetahui maksud propaganda gerakan tersebut.
Karena tidak mendapat sambutan dari rakyat, maka Gerakan Tiga A dibubarkan.
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pusat Tenaga Rakyat
dibentuk pada tanggal 1 Maret 1943. Pendirinya adalah Empat Serangkai yang
terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas
Mansyur. Tujuan Putera adalah memusatkan seluruh kekuatan rakyat untuk membantu
Jepang menghadapi Sekutu.
c. Badan Pertimbangan Pusat (Chuo Sang
In)
Chuo Sang In dibentuk pada tanggal 5 September 1943 atas anjuran Perdana
Menteri Jenderal Hideki Tojo. Ketuanya adalah Ir. Soekarno sedangkan wakilnya
adalah R.M.A.A Koesoemo Oetojo dan dr. Boentaran Martoatmojo. Tugas badan ini
adalah memberi masukan dan pertimbangan kepada pemerintah Jepang dalam
mengambil keputusan.
B. Pengaruh Kebijakan Jepang Pada Bidang Ekonomi
Pada kedua aspek ini, praktek
eksploitasi ekonomi dan sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia
dan Anda bisa membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan
birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah
Jepang adalah sebagai berikut:
- Kegiatan
ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber
daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin
perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan
perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik
berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi
tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta
kemiskinan meningkat drastis.
- Jepang
menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi
pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada
penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga
untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi,
karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi
dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli
tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan
pertanian dan perkebunan merusak tanah.
- Menerapkan
sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah
sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat
beserta semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas
amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun material.
Pada tahun 1944, kondisi
politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan kebutuhan
bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang
mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran
melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi
resmi pemerintah. Dampak dari kondisi
tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30%
untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan
kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi
rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah
satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng)
angka kematian mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya
penderitaan yang dirasakan bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat
dipaksa makan makanan hewan seperti keladigatal,bekicot,umbi-umbian).
Kebijakan pemerintah pada pendudukan
Jepang pada bidang social antara lain berupa pengerahan tenaga rakyat untuk
melaksanakan kerja paksa. Selain itu, para pemuda juga diwajibkan untuk masuk
menjadi anggota organisasi militer maupun semi militer yang dibentuk Jepang.
Romusha
Romusha adalah kerja paksa (tanpa
dibayar) pada zaman penduduka Jepang. Tujuannya adalah membangun sarana dan
prasarana untuk kepentingan rakyat Jepang. Sarana dan prasarana tersebut antara
lain jembatan, lapangan terbang, serta gua-gua tempat persembunyian.
Kinrohosi
Kinrohosi adalah kerja paksa (tanpa
dibayar) untuk para pamong desa dan pegawair rendahan. Mereka diperlakukan
sebagai tenaga romusha yang lainnya. Para kinrohosi banyak yag dikirim ke luar
Jawa untuk membantu membuat pertahanan tentara Jepang.
C. Pengaruh Kebijakan Jepang Pada Bidang Militer
Pada
aspek militer ini, badan-badan militer yang dibuat Jepang semata-mata karena
kondisi militer Jepang yang semakin terdesak dalam perang Pasifik.
0 komentar:
Posting Komentar