Rabu, 28 Maret 2018

TERBENTUKNYA JARINGAN KEILMUAN DINUSANTARA


Nama Sekolah : SMA Negeri 3 B.Pusako
Pelajaran          : SEI
Pembimbing    : Abdullah
Kelompok 2     :
-Hendrian
-Puji Rahmat
-Suri Rahayu
-Sri Ayu Lestari
-Heliyarni Syafitri

A.    TERBENTUKNYA JARINGAN KEILMUAN DINUSANTARA
Perkembangan lembaga pendidikan dan pengajaran di mesjid-mesjid kesultanan sangat di tentukan oleh dukungan penguasa.Sultan bukan hanya mendanai kegiatan-kegiatan mesjid,tetapi juga mendatangkan para ulama,baik dari manacanegara,terutama timur tengah,maupun dari kalangan ulama pribumi sendidiri.Para ulama yang juga difungsikan sebagai pejabat-pejabat negara,bukan saja memberikan pengajaran Islamdi masjid-masjid negara,tetapi juga di istana sultan.Para sultan dan pejabat tinggi  rupanya juga menimba ilmu dri para ulama.Seperti halnya yang terjadi di  kerajaan Islam Samudra Pasai dan Kerajan Malaka.Ketika Kerajaan Samudra pasai mengalami kemunduran dalam bidang politik,tradisikeilmuan terus berlanjut.Samudera Pasai terus berfungsi sebagai pusat studi Islam di Nusantara.Namen,ketika kerajaan Malaka telah masuk islam,pusar studi keislaman tidak lagi hanya dipegang Samudera Pasai.Malaka kemudian juga berkembang sebagai pusar studi Islam di Asia Tenggara,bahkan mungkin dapat dikatakan dapat menyainginya.Kemajuan ekonomi kerajaan Malaka telah mngundang ulama dari mancanegara untuk berpartisipasi dengan lebih intensif dalam proses pendidikan dan pembelajaran agama islma.Kerajaan Malaka dengan giat melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam.Hal itu terbukti dengan berhasilnya kerajaan ini dalam waktu singkat melakukan perubahan sikap dan konsepsi masyarakat terhadap agama,kebudayaan dan ilmu pengetahuan.Proses pendidikan dan pengakaran itu sebagian berlangsung di kerajaan.Perpustakaan sudah tersedia di istana dan difungsikan sebagai pusat penyalinan kitab-kitab dan penerjemahan  dari bahasa Arab ke bahasa Melayu.Karena perhatian kerjaan yang tinggi terhadap pendidikan Islam,bahkan ulama darim mancanegaranyang datang ke  Malaka,seperti dari Afghanistan ,Malabar,Hindustan,dan terutama dari Arab.Banyaknya para ulama besar dari berbagai negara yang mengajar di Malaka telah menarik penuntut ilmu dari berbagai krajaan Islam di Asia Tenggara untuk datang.dari Jawa misalnya,Sunan Bonang dab Unan Giri pernah menuntut ilmu ke Malak dan setelah menyelesaikan pendidikan mereka kembali ke Jawa dan mendirikan lembaga pendidikan Islam di tempat masing-masing.Hubungan antara kerajaan Islam,misalnya Samudra Pasai,Malaka,dan Aceh Darussalam,sangat bermakna dalam bidang budaya dan keagamaan.Ketiganya tersohor dengan sebutan Serambi Mekkah dan menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam di Indonesia.Untuk mengintensifkan Proses Islamisas,para ulama telah mengarang,menyadur,dan menerjemahkan karyakarya keilmuan Islam.Sultan Iskandar Muda adalah raja yang sangat memperhatikan pengembangan pendidikan dan pengajaran agama Islam.Ia mendirikan Hamzah al Fanzuri dan Syamsuddin as Sumatrani sebagai penasihat.Syekh Yusuf al Makassari ulama dari Kesultanan Goan di Sulawesi Selatan pernah menuntut ilmu di Aceh Darussalamnsebelum melanjutkan ke Mekkah.Melalui pengajaran Abdur Rauf as Singkili telah muncul ulama Minangkabau Syekh Burhanuddin Ulakan yang terkenal sebagai pelopor pendidikan islam di Minangkabau dan Syekh Abdul Muhyi al Garuti yang berjasa menyebarkan pendidikan Islam di Jawa Barat.karya karya susastra dan keagamaan dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam.Kerajaan-kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom kaltural yang sama,yaitu Islam.Hal itu menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.Di banten,fungsi istana sebagai lembaga pendidikan juga sangat cocok.Bahkan pada abad ke-17,Banten sudah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di pilau Jawa.Para ulama dari berbagai negara menjadikan Banten sebagai tempat untuk belajar.Martin van Bruinessen menyatakan,”Pendidikan agama cukup menonjol ketika Belanda datang untuk pertama kalinya pada 1596 dan menyaksikan bahwa orang-orang Banten memiliki guru-guru yang berasal dari Mekkah”.Di Palembang,Istana (keraton) juga difungsikan sebagai pusat sastra dan ilmu agama.Banyak sultan Palembang yang mendorong perkembangan intelektual keagamaan,seperti Sultan Ahmad Najamuddin (1757-1774) dan Sultan Muhammad Baha’uddin (1774-1804).Pada masa pemerintahan merekan,telah muncul banyak ilmuwan asal palembang yang produktif melahirkan karyakarya ilmiah keagamaan: ilmu tauhid,ilmu kalam,tasawuf,tarekan,tarikh,dan al-Qur’an.Perhatian sultan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam tercermin pada keberadaan perpustakaan keraton yang memiliki koleksi yang cukup lengkap dan rapi.Berkemangnya pendidika dan pengajaran Islam,telah berhasil menyatukan wilayah Nusantara yang sangat luas.Dua hal yang mempercepat proses itu yaitu penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua franca).Semua ilmu yang di diberikan di lembaga pendidikan islam di Nusantara ditulis dalam aksara Arab,baik dalam bahasa Melayu atau Jawa.Aksara Arab itu disebut dengan banyaj sebutan,seperti huruf Jawi (di Melayu) dan huruf pegon (di Jawa).Luasnya penguasaan aksara Arab ke Nusantara telah membuat para pengunjung asal Eropa ke Asia Tenggara terpukau oleh tinginya tingkat kemampuan baca tulis yang mereka jumpai.Pada 1579,orang Spanyol merampas sebutan kapal kecil dari Brunei.Orang Spanyol ini menguji apakah orang-orang Melayu yang menyakatakan diri sebagai budak-budak Sultan itu dapat menulis.Dua dari tujuh orang itu dapat (menulis),dan semua mampu membaca surat kabar berbahasa Melayu sendiri-sendiri.Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam di istana-istana raja seolah menjadi pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran di masyarakat.Setelah terbentuknya berbagai ulama hasi didikan dari istana-istana,maka murid-muridnya melakukan pendidikan ke tingkatan yang lebih luas,dengan dilangsungkannya pendidikan di rumah-rumah ulama untuk masyarakat umum,khususnya sebagai tempat pendidikan dasar,layaknya kuttab di wilayah Arab.Sebagaimana kuttab (lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masa Rasullillah) yang biasa mengambil tempat di rumah-rumah ulama,di Nusantara pendidikan dasar berlangsung di rumah-rumah guru.Pelajaran yang diberikan terutama membaca Al-Qur’an,menghafal ayat-ayat pendek,dan belajar bacaan sama tuannya dengan kehadiran islam di wilayah ini.Di Nusantara,masjid-masjid yang berada di pemukiman penduduk yang dikelolah secara swadaya oleh masyarakat menjalankan fungsi pendidikan dan pengajaran untuk masyarakat umum.Di sinilah terjadi demokrasi pendidikan dalam sejarah Islam.
Bahkan mungkin karna memiliki tingkatan otonomi dan kebebasan tertentu,di mesjid proses pendidikan dan pengajaran mengalami perkembangan.Tidak jarang di antaranya berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan yang cukup kompleks,seperti meunasah di Aceh,surau di Minangkabau,langgar di Kalimantan dan pesantren di Jawa.

0 komentar:

Posting Komentar

Jawaban Eksplorasi Konsep - Modul 1.2 Abdullah, S.pd CGP Angkatan 11

1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik? Nilai-nilai yang ...