Senin, 26 Maret 2018

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEMPEROLEH DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN


KELAS XI IPS²
GURU PEMBIMBING : ABDULLAH
Kelompok V :
1.PIKA LESTARI
2.ANGGI PRASETIA
3.M.ALIF CANROY
4.RANITA NURAINI

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEMPEROLEH DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN


PERJUANGAN BANGSA INDONESIA SEBELUM KEBANGKITAN NASIONAL 1908
A.    Perjuangan Melawan Portugis
Perjuangan pertama dlakukan oleh rakyat malaka, Johor, Aceh, Maluku, Demak dan Sunda Kelapa.
a. Perjuangan Rakyat Malaka
 Pada tahun 1511 dibawah pimpinan Sultan Mahmud Syah I melakukan perlawanan terhadap Portugis namun Malaka dapat di desak hingga menyingkir ke pulau Bintan. Akhirnya Malaka jatuh ke portugis pada 1511. Pada 1526 pulau Bintan diserbu oleh Portugis Sultan Mahmud Syah I lari ke pulau Kampar hingga wafatnya 1528.
b. Perjuangan Rakyat Johor
Dipimpin oleh Alaudin Ri’ayat Syah II mulai tahun 1530 kemudian dilanjutkan Abdul Jalil
Syah I (1580-1597) dapat menangkis serangan Portugis.
c. Perjuangan Rakyat Demak
 Dipimpin oleh Dipati Unus. Pada tahun 1512-1523. Melakukan perlawanan terhadap Portugis, dibantu oleh armada Aceh, Palembang, dan Bintan. Berusaha merebut kembali Malaka namun tidak berhasil
d. Perjuangan Rakyat Maluku
 Berhasil menaklukkan Malaka tahun 1511 kemudian menuju ke Maluku Utara karena sebagai  penghasil rempah-rempah. Tahun 1512 Portugis mengadakan hubungan dagang dengan Sultan Harun dari Ternate. Portugis ternyata memonopoli perdagangan, memeras dan menindas rakyat, penyebaran agama Kristen secara paksa sehingga membuat rakyat melakukan perlawanan. Tahun 1550 rakyat Ternate dibawah pimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan. Portugis menipu dan membunuh Sultan Hairun degan dalih untuk mengadakan perundingan. Perjuangan diteruskan oleh Sultan Baabullah, putra Sultan Hairun. Tahun 1570-1575 Ternate, Tidore, dan Halmahera bersatu padu melawan Portugis. Tanggal 18 Desember 1577 rakyat Ternate berhasil mengusir Portugis dari Ternate.
e. Perjuangan Rakyat Sunda Kelapa
 Fatahillah seorang ulama dari Demak yang menyebarkan agama islam di Jawa Barat memimpin rakyat melakukan perlawanan terhadap Portugis. Tahun 1527 Fatahillah menyerang orang-orang Portugis di Sunda Kelapa dan berhasil mengalahkannya. Portugis terusir kembali ke Malaka. Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta oleh Fatahillah kemudian  berdirilah kerajaan Banten
Perjuangan Menentang Penjajah Belanda
 Perjuangan menentang Belanda menggunakan kekerasan senjata dimulai sejak awal abad ke tujuh belas sampai abad dua puluh. Pada abad ke-16 penentangan dilakukan oleh: 1.

Sultan Agung dari Mataram (1613-1645). 2.

Sultan Hasanuddin dari kerajaan Goa Sulawesi Selatan (1667) 3.

Sultan Ageng Tirtayasa (1684) 4.

Sultan Iskandar Muda dari Aceh (1635) 5.

Untung Suropati dan Trunojoyo (1670) 6.

Ibnu Iskandar dari Minangkabau (1680) Yang berjuang pada abad ke-19 antara lain: 1.

Pattimura dari Maluku (1817) 2.

Pangeran Diponegoro (1825-1830) 3.

Imam Bonjol dari Minangkabau (1822-1837) 4.

Sultan Badaruddin dari Palembang (1817) 5.

Pangeran Antasari dari Kalimantan (1860)
Ketentuan tanam paksa sebagai berikut:
a.Menyediakan sebagian dari tanahnya untuk menanam tanaman yang dapat dijual di  pasaran eropa.
 b.Bagian dari tanah pertanian untuk tujuan ini tidak boleh melebihi sperlima dari tanah  pertanian. c.Waktu pengerjaan tanaman wajib tidak boleh melebihi waktu penanaman padi.
 d.Bagian dari tanah untuk menanam tanamamn wajib dibebaskan dari pembayaran pajak tanah
e.Tanaman wajib diserahkan kepada pemerintah hindia belanda jika ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayar maka selisih akan dikembalikan.
f.Panen yang gagal akan dibebankan pada pemerintah.
g.Pengerjaan tanah di bawah pengawasan kepala pemerintah. Dalam prakteknya ketentuan-ketentuan tersebut diselewengkan oleh para pegawai  pemerintah Hindia Belanda dan para pemimpin pribumi yang mencari keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri tanam paksa sangat menyengsarakan rakyat.

Perjuangan Setelah Kebangkitan Nasional
 Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari lahirnya organisasi social pertama di Indonesia, yaitu Budi Oetomo. Tangggal kelahiran Budi Oetomo dianggap sebagai dimulainya Kebangkitan  Nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya. Ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia setelah tahun 1908:
1. Perjuangan dlakujan dengan menggunakan organisasi, bukan menggunakan kekerasan
2.Para pemimpin berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau sultan
 3.Rasa persatuan dan kebangsaan sudah mulai tumbuh. Perjuangan tidak bersifat kedaerahan lagi. Menurut Ismaun (1986:42), tumbuhnya kesadaran kebangsaan bangsa Indonesia di  percepat oleh faktor:
1.Perlawanan bangsa Filipina terhadap Spanyol pada tahun 1989
2.Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1885
 3.Kegiatan Partai Kongres di India melawan Inggris tahun 1885
 4.Bangkitnya Kemal Pasha di Turki pada tahun 1881
5.Keberhasilan dr. Sun Yat Sen dalam mendirikan Republik Cina pada tahun 1911
6.Pecahnya Perang Dunia I
 7.Didirikannya Volksraad (DPR) oleh Belanda tahun 1911 Sejak Budi Oetomo berdiri pada tahun 1908, di Indonesia kemudian berdiri beberapa organisasi yang bercorak budaya, politik, maupun keagamaan. Budi Oetomo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Didirikan oleh para mahasiswa STOVIA di Jakarta. Diprakarsai oleh gerakan dr. Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo yang sebelumnya memulai kampanye untuk meningkatakan martabat rakyat dengan cara membentuk dana pelajar. Ketuanya dipilih Sutomo. Budi Oetomo tidak pernah mendapat dukungan massa sehingga kedudukannya di  politik kurang penting. Namun Budi Oetomo dipandang sebagai induk Kebangkitan Nasional karena Budi Oetomo pelopor berdirinya organisasi nasional

Berikut ini 4 peristiwa penting sebelum Proklamasi yang harus kita ketahui.

1. Jepang Menyerah Kepada Sekutu dan Dibentuknya BPUPKI dan PPKI

Kekalahan Jepang kepada Sekutu di Perang Dunia Kedua ditandai setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Berita kekalahan Jepang pun disambut baik oleh para rakyat Indonesia untuk segera memproklamasikan diri dan segera bebas.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai didirikan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia dengan dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat. Setelah itu BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai dan dipimpin oleh Soekarno dan Hatta.

Pada 12 Agustus 1945 perwakilan Jepang, Marsekal Terauchi, bertemu dengan pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat di Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi memberitahukan bahwa Jepang akan memberikan Indonesia kemerdekaan. Namun, Sutan Syahrir medesak Soekarno dan Hatta agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan karena berpikir hadiah kemerdekaan tersebut hanyalah tipu muslihat Jepang saja.

2. Peristiwa Rengasdengklok

Golongan pemuda dan golongan tua dari para pejuang dulu sempat memiliki argumen panas menanggapi kapan seharusnya Proklamasi dilakukan. Golongan muda seperti Sutan Syahrir, Wikana, Chaerul Saleh, Sukarni selalu mendesak agar Proklamasi segera dilakukan. Mereka ingin mendapatkan kemerdekaan dengan perjuangan sendiri dan bukannya karena hadiah dari Jepang.

Pada 16 Agustus 1945 dini hari para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Para pemuda ingin kembali meyakinkan Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan dan tidak terpengaruh dengan Jepang. Mereka meyakinkan bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan itu adalah saat yang tepat untuk segera merdeka.

Ahmad Subardjo pun datang ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta serta memberi keyakinan kepada para pemuda bahwa Proklamasi akan dilakukan tapi tak boleh tergesa-gesa. Ia juga menyebutkan bahwa Proklamasi akan dilakukan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 siang.

3. Dirumuskannya Teks Proklamasi

Setelah dari Rengasdengklok, Soekarno dan rombongan kembali ke Jakarta dan segera melakukan pertemuan untuk membahas persiapan Proklamasi kemerdekaan. Pertemuan itu dilakukan di kediaman Laksamana Maeda yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang.

Di sana Soekarno, Hatta, Sukarni, Ahmad Soebardjo, Mbah Diro dan B.M. Diah melakukan rapat untuk menentukan isi teks Proklamasi. Setelah disepakati mengenai isi teks Proklamasi kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta yang menjadi wakil bangsa Indonesia sebab mereka memiliki pengaruh yang besar bagi rakyat Indonesia.

Setelah itu, Soekarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks Proklamasi. Dari awal rapat yang dimulai sejak dini hari pada 17 Agustus 1945, akhirnya baru diselesaikan pada pukul 04.00 pagi saat teks Proklamasi selesai diketik dan ditandatangani. Berikut ini isi teks Proklamasi yang sudah diketik oleh Sayuti Melik:

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen '05

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno - Hatta

4. Pembacaan Teks Proklamasi

Pembacaan teks Proklamasi dilakukan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta (Jl. Proklamasi) pada pukul 10.00 pagi. Para tokoh perjuangan serta rakyat Indonesia berkumpul untuk menyaksikan teks Proklamasi dibacakan dan melihat pengibaran bendera Merah Putih.

Setelah Soekarno yang didampingi Hatta membacakan teks Proklamasi, bendera Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati juga dikibarkan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Saat pengibaran bendera para hadirin yang datang pun menyanyikan Indonesia Raya.
Indonesia pun dinyatakan telah merdeka dari penjajahan dengan perjuangan tak kenal menyerah dari para pahlawan. Meskipun banyak menghadapi kendala dan argumen akhirnya para tokoh bisa mempersatukan diri karena memiliki cita-cita yang sama yaitu ingin merdeka.

Berikut sejarah singkat rangkaian peristiwa menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI

Tanggal 6 Agustus 1945 --
2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan  Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Tanggal 7 Agustus 1945 --
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Tanggal 9 Agustus 1945 --
Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Tanggal 10 Agustus 1945 --
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar  berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah  bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para  pendukung Syahrir.
Tanggal 11 Agustus 1945 --
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.
Tanggal 14 Agustus 1945 --
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat (250 km di sebelah timur laut dari Saigon), Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu  busuk Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepang. Hatta menceritakan kepada Sjahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap, Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Tanggal 15 Agustus 1945 --
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal  bertekuk lutut, Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.











0 komentar:

Posting Komentar

Jawaban Eksplorasi Konsep - Modul 1.2 Abdullah, S.pd CGP Angkatan 11

1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik? Nilai-nilai yang ...