KELAS XI IPS²
GURU PEMBIMBING : ABDULLAH
Kelompok V :
1.PIKA LESTARI
2.ANGGI PRASETIA
3.M.ALIF CANROY
PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA MEMPEROLEH DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA SEBELUM KEBANGKITAN NASIONAL 1908
A. Perjuangan Melawan
Portugis
Perjuangan pertama dlakukan oleh rakyat malaka,
Johor, Aceh, Maluku, Demak dan Sunda Kelapa.
a.
Perjuangan Rakyat Malaka
Pada tahun 1511 dibawah pimpinan Sultan Mahmud
Syah I melakukan perlawanan terhadap Portugis namun Malaka dapat di desak
hingga menyingkir ke pulau Bintan. Akhirnya Malaka jatuh ke portugis pada 1511.
Pada 1526 pulau Bintan diserbu oleh Portugis Sultan Mahmud Syah I lari ke pulau
Kampar hingga wafatnya 1528.
b.
Perjuangan Rakyat Johor
Dipimpin
oleh Alaudin Ri’ayat Syah II mulai tahun 1530 kemudian dilanjutkan Abdul Jalil
Syah
I (1580-1597) dapat menangkis serangan Portugis.
c.
Perjuangan Rakyat Demak
Dipimpin oleh Dipati Unus. Pada tahun
1512-1523. Melakukan perlawanan terhadap Portugis, dibantu oleh armada Aceh,
Palembang, dan Bintan. Berusaha merebut kembali Malaka namun tidak berhasil
d.
Perjuangan Rakyat Maluku
Berhasil menaklukkan Malaka tahun 1511
kemudian menuju ke Maluku Utara karena sebagai
penghasil rempah-rempah. Tahun 1512 Portugis mengadakan hubungan dagang
dengan Sultan Harun dari Ternate. Portugis ternyata memonopoli perdagangan,
memeras dan menindas rakyat, penyebaran agama Kristen secara paksa sehingga
membuat rakyat melakukan perlawanan. Tahun 1550 rakyat Ternate dibawah pimpinan
Sultan Hairun melakukan perlawanan. Portugis menipu dan membunuh Sultan Hairun
degan dalih untuk mengadakan perundingan. Perjuangan diteruskan oleh Sultan
Baabullah, putra Sultan Hairun. Tahun 1570-1575 Ternate, Tidore, dan Halmahera
bersatu padu melawan Portugis. Tanggal 18 Desember 1577 rakyat Ternate berhasil
mengusir Portugis dari Ternate.
e.
Perjuangan Rakyat Sunda Kelapa
Fatahillah seorang ulama dari Demak yang
menyebarkan agama islam di Jawa Barat memimpin rakyat melakukan perlawanan
terhadap Portugis. Tahun 1527 Fatahillah menyerang orang-orang Portugis di
Sunda Kelapa dan berhasil mengalahkannya. Portugis terusir kembali ke Malaka.
Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta oleh Fatahillah kemudian berdirilah kerajaan Banten
Perjuangan
Menentang Penjajah Belanda
Perjuangan menentang Belanda menggunakan
kekerasan senjata dimulai sejak awal abad ke tujuh belas sampai abad dua puluh.
Pada abad ke-16 penentangan dilakukan oleh: 1.
Sultan
Agung dari Mataram (1613-1645). 2.
Sultan
Hasanuddin dari kerajaan Goa Sulawesi Selatan (1667) 3.
Sultan
Ageng Tirtayasa (1684) 4.
Sultan
Iskandar Muda dari Aceh (1635) 5.
Untung
Suropati dan Trunojoyo (1670) 6.
Ibnu
Iskandar dari Minangkabau (1680) Yang berjuang pada abad ke-19 antara lain: 1.
Pattimura
dari Maluku (1817) 2.
Pangeran
Diponegoro (1825-1830) 3.
Imam
Bonjol dari Minangkabau (1822-1837) 4.
Sultan
Badaruddin dari Palembang (1817) 5.
Pangeran
Antasari dari Kalimantan (1860)
Ketentuan
tanam paksa sebagai berikut:
a.Menyediakan
sebagian dari tanahnya untuk menanam tanaman yang dapat dijual di pasaran eropa.
b.Bagian dari tanah pertanian untuk tujuan ini
tidak boleh melebihi sperlima dari tanah
pertanian. c.Waktu pengerjaan tanaman wajib tidak boleh melebihi waktu
penanaman padi.
d.Bagian dari tanah untuk menanam tanamamn
wajib dibebaskan dari pembayaran pajak tanah
e.Tanaman
wajib diserahkan kepada pemerintah hindia belanda jika ditaksir melebihi pajak
tanah yang harus dibayar maka selisih akan dikembalikan.
f.Panen
yang gagal akan dibebankan pada pemerintah.
g.Pengerjaan
tanah di bawah pengawasan kepala pemerintah. Dalam prakteknya
ketentuan-ketentuan tersebut diselewengkan oleh para pegawai pemerintah Hindia Belanda dan para pemimpin
pribumi yang mencari keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri tanam paksa
sangat menyengsarakan rakyat.
Perjuangan Setelah
Kebangkitan Nasional
Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari lahirnya
organisasi social pertama di Indonesia, yaitu Budi Oetomo. Tangggal kelahiran
Budi Oetomo dianggap sebagai dimulainya Kebangkitan Nasional karena menggunakan strategi
perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan sebelumnya. Ciri-ciri
perjuangan bangsa Indonesia setelah tahun 1908:
1.
Perjuangan dlakujan dengan menggunakan organisasi, bukan menggunakan kekerasan
2.Para
pemimpin berasal dari kaum intelektual, bukan raja atau sultan
3.Rasa persatuan dan kebangsaan sudah mulai
tumbuh. Perjuangan tidak bersifat kedaerahan lagi. Menurut Ismaun (1986:42),
tumbuhnya kesadaran kebangsaan bangsa Indonesia di percepat oleh faktor:
1.Perlawanan
bangsa Filipina terhadap Spanyol pada tahun 1989
2.Kemenangan
Jepang atas Rusia tahun 1885
3.Kegiatan Partai Kongres di India melawan
Inggris tahun 1885
4.Bangkitnya Kemal Pasha di Turki pada tahun
1881
5.Keberhasilan
dr. Sun Yat Sen dalam mendirikan Republik Cina pada tahun 1911
6.Pecahnya
Perang Dunia I
7.Didirikannya Volksraad (DPR) oleh Belanda
tahun 1911 Sejak Budi Oetomo berdiri pada tahun 1908, di Indonesia kemudian
berdiri beberapa organisasi yang bercorak budaya, politik, maupun keagamaan.
Budi Oetomo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Didirikan oleh para mahasiswa
STOVIA di Jakarta. Diprakarsai oleh gerakan dr. Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo yang sebelumnya memulai kampanye untuk meningkatakan martabat
rakyat dengan cara membentuk dana pelajar. Ketuanya dipilih Sutomo. Budi Oetomo
tidak pernah mendapat dukungan massa sehingga kedudukannya di politik kurang penting. Namun Budi Oetomo
dipandang sebagai induk Kebangkitan Nasional karena Budi Oetomo pelopor
berdirinya organisasi nasional
Berikut ini 4 peristiwa penting
sebelum Proklamasi yang harus kita ketahui.
1. Jepang Menyerah
Kepada Sekutu dan Dibentuknya BPUPKI dan PPKI
Kekalahan
Jepang kepada Sekutu di Perang Dunia Kedua ditandai setelah dijatuhkannya bom
atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Berita kekalahan Jepang pun disambut baik oleh para rakyat Indonesia untuk
segera memproklamasikan diri dan segera bebas.
Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi
Cosakai didirikan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia dengan dipimpin oleh
Radjiman Wedyodiningrat. Setelah itu BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai dan dipimpin oleh
Soekarno dan Hatta.
Pada
12 Agustus 1945 perwakilan Jepang, Marsekal Terauchi, bertemu dengan pimpinan
PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat di Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi
memberitahukan bahwa Jepang akan memberikan Indonesia kemerdekaan. Namun, Sutan
Syahrir medesak Soekarno dan Hatta agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan
karena berpikir hadiah kemerdekaan tersebut hanyalah tipu muslihat Jepang saja.
2. Peristiwa
Rengasdengklok
Golongan
pemuda dan golongan tua dari para pejuang dulu sempat memiliki argumen panas
menanggapi kapan seharusnya Proklamasi dilakukan. Golongan muda seperti Sutan
Syahrir, Wikana, Chaerul Saleh, Sukarni selalu mendesak agar Proklamasi segera
dilakukan. Mereka ingin mendapatkan kemerdekaan dengan perjuangan sendiri dan
bukannya karena hadiah dari Jepang.
Pada
16 Agustus 1945 dini hari para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok. Para pemuda ingin kembali meyakinkan Soekarno dan Hatta agar
segera memproklamasikan kemerdekaan dan tidak terpengaruh dengan Jepang. Mereka
meyakinkan bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan itu adalah saat yang
tepat untuk segera merdeka.
Ahmad
Subardjo pun datang ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta serta
memberi keyakinan kepada para pemuda bahwa Proklamasi akan dilakukan tapi tak
boleh tergesa-gesa. Ia juga menyebutkan bahwa Proklamasi akan dilakukan pada 17
Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 siang.
3. Dirumuskannya Teks
Proklamasi
Setelah
dari Rengasdengklok, Soekarno dan rombongan kembali ke Jakarta dan segera
melakukan pertemuan untuk membahas persiapan Proklamasi kemerdekaan. Pertemuan
itu dilakukan di kediaman Laksamana Maeda yang saat itu menjabat sebagai Kepala
Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang.
Di
sana Soekarno, Hatta, Sukarni, Ahmad Soebardjo, Mbah Diro dan B.M. Diah
melakukan rapat untuk menentukan isi teks Proklamasi. Setelah disepakati
mengenai isi teks Proklamasi kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta
yang menjadi wakil bangsa Indonesia sebab mereka memiliki pengaruh yang besar
bagi rakyat Indonesia.
Setelah
itu, Soekarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks Proklamasi. Dari
awal rapat yang dimulai sejak dini hari pada 17 Agustus 1945, akhirnya baru
diselesaikan pada pukul 04.00 pagi saat teks Proklamasi selesai diketik dan
ditandatangani. Berikut ini isi teks Proklamasi yang sudah diketik oleh Sayuti
Melik:
Proklamasi
Kami
bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal
jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama
dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta,
hari 17 boelan 8 Tahoen '05
Atas
nama bangsa Indonesia
Soekarno
- Hatta
4. Pembacaan Teks
Proklamasi
Pembacaan
teks Proklamasi dilakukan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno
di Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta (Jl. Proklamasi) pada pukul 10.00 pagi.
Para tokoh perjuangan serta rakyat Indonesia berkumpul untuk menyaksikan teks
Proklamasi dibacakan dan melihat pengibaran bendera Merah Putih.
Setelah
Soekarno yang didampingi Hatta membacakan teks Proklamasi, bendera Sang Saka
Merah Putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati juga dikibarkan oleh Suhud dan
Latief Hendradiningrat. Saat pengibaran bendera para hadirin yang datang pun
menyanyikan Indonesia Raya.
Indonesia
pun dinyatakan telah merdeka dari penjajahan dengan perjuangan tak kenal
menyerah dari para pahlawan. Meskipun banyak menghadapi kendala dan argumen
akhirnya para tokoh bisa mempersatukan diri karena memiliki cita-cita yang sama
yaitu ingin merdeka.
Berikut sejarah singkat
rangkaian peristiwa menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI
Tanggal
6 Agustus 1945 --
2
bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan
Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Tanggal
7 Agustus 1945 --
BPUPKI
berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Tanggal
9 Agustus 1945 --
Soekarno,
Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Tanggal
10 Agustus 1945 --
Sementara
itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI,
dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir
memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki
dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir
mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang.
Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
Tanggal
11 Agustus 1945 --
Jepang
melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta
dan Radjiman bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan dalam
beberapa hari.
Tanggal
14 Agustus 1945 --
Saat
Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat (250 km di sebelah
timur laut dari Saigon), Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan
kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu busuk Jepang, karena Jepang setiap saat sudah
harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu
nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepang. Hatta menceritakan kepada Sjahrir
tentang hasil pertemuan di Dalat. Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya
yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara
Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks
proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan
dibagi-bagikan. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang
besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap,
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).
Tanggal
15 Agustus 1945 --
Jepang
menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di
Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Belanda. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, Soekarno dan Hatta mendatangi
penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di
Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
0 komentar:
Posting Komentar