Nama
Sekolah : SMA Negeri 3 B.Pusako
Pelajaran : SEI
Pembimbing : Abdullah
Kelompok
2 :
-Hendrian
-Puji
Rahmat
-Suri
Rahayu
-Sri
Ayu Lestari
-Heliyarni
Syafitri
A.
TERBENTUKNYA JARINGAN KEILMUAN
DINUSANTARA
Perkembangan lembaga pendidikan dan
pengajaran di mesjid-mesjid kesultanan sangat di tentukan oleh dukungan
penguasa.Sultan bukan hanya mendanai kegiatan-kegiatan mesjid,tetapi juga
mendatangkan para ulama,baik dari manacanegara,terutama timur tengah,maupun
dari kalangan ulama pribumi sendidiri.Para ulama yang juga difungsikan sebagai
pejabat-pejabat negara,bukan saja memberikan pengajaran Islamdi masjid-masjid
negara,tetapi juga di istana sultan.Para sultan dan pejabat tinggi rupanya juga menimba ilmu dri para
ulama.Seperti halnya yang terjadi di
kerajaan Islam Samudra Pasai dan Kerajan Malaka.Ketika Kerajaan Samudra
pasai mengalami kemunduran dalam bidang politik,tradisikeilmuan terus
berlanjut.Samudera Pasai terus berfungsi sebagai pusat studi Islam di
Nusantara.Namen,ketika kerajaan Malaka telah masuk islam,pusar studi keislaman
tidak lagi hanya dipegang Samudera Pasai.Malaka kemudian juga berkembang
sebagai pusar studi Islam di Asia Tenggara,bahkan mungkin dapat dikatakan dapat
menyainginya.Kemajuan ekonomi kerajaan Malaka telah mngundang ulama dari
mancanegara untuk berpartisipasi dengan lebih intensif dalam proses pendidikan
dan pembelajaran agama islma.Kerajaan Malaka dengan giat melaksanakan pengajian
dan pendidikan Islam.Hal itu terbukti dengan berhasilnya kerajaan ini dalam
waktu singkat melakukan perubahan sikap dan konsepsi masyarakat terhadap
agama,kebudayaan dan ilmu pengetahuan.Proses pendidikan dan pengakaran itu
sebagian berlangsung di kerajaan.Perpustakaan sudah tersedia di istana dan
difungsikan sebagai pusat penyalinan kitab-kitab dan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Melayu.Karena
perhatian kerjaan yang tinggi terhadap pendidikan Islam,bahkan ulama darim
mancanegaranyang datang ke
Malaka,seperti dari Afghanistan ,Malabar,Hindustan,dan terutama dari
Arab.Banyaknya para ulama besar dari berbagai negara yang mengajar di Malaka
telah menarik penuntut ilmu dari berbagai krajaan Islam di Asia Tenggara untuk
datang.dari Jawa misalnya,Sunan Bonang dab Unan Giri pernah menuntut ilmu ke
Malak dan setelah menyelesaikan pendidikan mereka kembali ke Jawa dan
mendirikan lembaga pendidikan Islam di tempat masing-masing.Hubungan antara
kerajaan Islam,misalnya Samudra Pasai,Malaka,dan Aceh Darussalam,sangat
bermakna dalam bidang budaya dan keagamaan.Ketiganya tersohor dengan sebutan
Serambi Mekkah dan menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam di
Indonesia.Untuk mengintensifkan Proses Islamisas,para ulama telah
mengarang,menyadur,dan menerjemahkan karyakarya keilmuan Islam.Sultan Iskandar
Muda adalah raja yang sangat memperhatikan pengembangan pendidikan dan
pengajaran agama Islam.Ia mendirikan Hamzah al Fanzuri dan Syamsuddin as
Sumatrani sebagai penasihat.Syekh Yusuf al Makassari ulama dari Kesultanan Goan
di Sulawesi Selatan pernah menuntut ilmu di Aceh Darussalamnsebelum melanjutkan
ke Mekkah.Melalui pengajaran Abdur Rauf as Singkili telah muncul ulama
Minangkabau Syekh Burhanuddin Ulakan yang terkenal sebagai pelopor pendidikan
islam di Minangkabau dan Syekh Abdul Muhyi al Garuti yang berjasa menyebarkan
pendidikan Islam di Jawa Barat.karya karya susastra dan keagamaan dengan segera
berkembang di kerajaan-kerajaan Islam.Kerajaan-kerajaan Islam itu telah
merintis terwujudnya idiom kaltural yang sama,yaitu Islam.Hal itu menjadi
pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.Di banten,fungsi istana
sebagai lembaga pendidikan juga sangat cocok.Bahkan pada abad ke-17,Banten
sudah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di pilau Jawa.Para ulama dari
berbagai negara menjadikan Banten sebagai tempat untuk belajar.Martin van
Bruinessen menyatakan,”Pendidikan agama cukup menonjol ketika Belanda datang
untuk pertama kalinya pada 1596 dan menyaksikan bahwa orang-orang Banten
memiliki guru-guru yang berasal dari Mekkah”.Di Palembang,Istana (keraton) juga
difungsikan sebagai pusat sastra dan ilmu agama.Banyak sultan Palembang yang
mendorong perkembangan intelektual keagamaan,seperti Sultan Ahmad Najamuddin
(1757-1774) dan Sultan Muhammad Baha’uddin (1774-1804).Pada masa pemerintahan
merekan,telah muncul banyak ilmuwan asal palembang yang produktif melahirkan
karyakarya ilmiah keagamaan: ilmu tauhid,ilmu kalam,tasawuf,tarekan,tarikh,dan al-Qur’an.Perhatian
sultan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam tercermin pada keberadaan
perpustakaan keraton yang memiliki koleksi yang cukup lengkap dan
rapi.Berkemangnya pendidika dan pengajaran Islam,telah berhasil menyatukan
wilayah Nusantara yang sangat luas.Dua hal yang mempercepat proses itu yaitu
penggunaan aksara Arab dan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu (lingua
franca).Semua ilmu yang di diberikan di lembaga pendidikan islam di Nusantara
ditulis dalam aksara Arab,baik dalam bahasa Melayu atau Jawa.Aksara Arab itu
disebut dengan banyaj sebutan,seperti huruf Jawi (di Melayu) dan huruf pegon
(di Jawa).Luasnya penguasaan aksara Arab ke Nusantara telah membuat para
pengunjung asal Eropa ke Asia Tenggara terpukau oleh tinginya tingkat kemampuan
baca tulis yang mereka jumpai.Pada 1579,orang Spanyol merampas sebutan kapal
kecil dari Brunei.Orang Spanyol ini menguji apakah orang-orang Melayu yang
menyakatakan diri sebagai budak-budak Sultan itu dapat menulis.Dua dari tujuh
orang itu dapat (menulis),dan semua mampu membaca surat kabar berbahasa Melayu
sendiri-sendiri.Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam di istana-istana
raja seolah menjadi pendorong munculnya pendidikan dan pengajaran di
masyarakat.Setelah terbentuknya berbagai ulama hasi didikan dari
istana-istana,maka murid-muridnya melakukan pendidikan ke tingkatan yang lebih
luas,dengan dilangsungkannya pendidikan di rumah-rumah ulama untuk masyarakat
umum,khususnya sebagai tempat pendidikan dasar,layaknya kuttab di wilayah
Arab.Sebagaimana kuttab (lembaga pendidikan dasar di Arab sejak masa
Rasullillah) yang biasa mengambil tempat di rumah-rumah ulama,di Nusantara
pendidikan dasar berlangsung di rumah-rumah guru.Pelajaran yang diberikan
terutama membaca Al-Qur’an,menghafal ayat-ayat pendek,dan belajar bacaan sama
tuannya dengan kehadiran islam di wilayah ini.Di Nusantara,masjid-masjid yang
berada di pemukiman penduduk yang dikelolah secara swadaya oleh masyarakat
menjalankan fungsi pendidikan dan pengajaran untuk masyarakat umum.Di sinilah
terjadi demokrasi pendidikan dalam sejarah Islam.
Bahkan mungkin karna memiliki tingkatan
otonomi dan kebebasan tertentu,di mesjid proses pendidikan dan pengajaran
mengalami perkembangan.Tidak jarang di antaranya berkembang menjadi sebuah
lembaga pendidikan yang cukup kompleks,seperti meunasah di Aceh,surau di
Minangkabau,langgar di Kalimantan dan pesantren di Jawa.