TUGAS
SEJARAH
“politik dan seni budaya “
OLEH
:
ELIZA
ERLIZA
FERNANDO
PARDEDE
KELAS
: XI-IPS2
SMAN
3 BANGKO PUSAKO
KABUPATEN
ROKAN HILIR
PROVINSI
RIAU
TAHUN
AJARAN 2018/2019
1.Politik
Campur tangan (intervensi) terhadap masalah
internal kerajaan merupakan bagian dari upaya melancarkan monopoli perdagangan.
Campur tangan umumnya terjadi ketika terjadi perebutan takhta di dalam istana.
Dalam hal itu, VOC akan berupaya meperuncing persoalan atau melakukan politik
peah belah (divide et impera) dengan
memihak salah satu kubu yang bersedia bekerja sama dengan VOC, baik berupa
mengakui kebijakan monopoli VOC,mengizinkan
VOC menguasai sebagian wilayah kerajaan, maupun dalam kasus yang ekstrem
menyerahkan kedaulatan kepada VOC sebagaimana pernah terjadi di Surakarta pada
tahun 1749.
Raja pilihan VOC itu biasanya berhasil
karena mendapat dukungan militer dan financial VOC yang besar. Selain
itu,campur tangan VOC juga tampak dalam hal pengangkatan pejabatan-pejabatan
keratin,seperti patih,ataupun penentuan kebijakan ekonomi-politik kerajaan.
Meskipun demikian,bentuk intervensi yang paling sering pada masa VOC adalah
dalam kasus perebutan takhta.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Hindia
Belanda bertindak sewenang-wenang terhadap bangsawan dan raja-raja pribumi.
Belanda kerap memperlakukan para bangsawan dan raja pribumi sebagai bawahan.
Adat-isiadat, kebiasaan, aturan, serta hak istimewa mereka tidak dihormati oleh
Belanda.
2.Seni
Budaya
Pada masa kolonial, terdapat penggolongan
kelas sosial penduduk Hindia Belanda berdasarkan ras. Penggolongan ras tersebut
adalah sebagai berikut.
· Golongan
Eropa,
· Golongan
indo (keturunan campuran pribumi dan Eropa),
· Golongan
keturunan Timur Asing (Tionghoa, India, dan Arab),
· Golongan
pribumi (Indonesia) atau inlander.
Pembagian penduduk berdasarkan golongan ini
memiliki konsekuensi baik dalam bidang sosial, hukum, ekonomi, maupun politik.
Golongan Eropa mendapat perlakuan istimewa dalam bidang sosial, hukum, ekonomi,
dan politik. Dalam bidang pendidikan, misalnya, mereka ditempatkan di sekolah
yang dikhususkan untuk mereka dan tidak berbaur dengan penduduk pribumi ataupun
golongan Timur Asing. Selain itu, golongan ini mendapat banyak kemudahan dalam
berbagai kegiatan ekonomi. Mereka ibarat raja dalam model feoda-tradisional
(kerajaan).Sementara itu, golongan Timur Asing diberi perlakuan khusus oeh
Belanda dalam bentuk keleluasaan untuk bergerak di bidang perdagangan. Sebagai
saudagar, mereka menguasai perdagangan eceran.
Golongan pribumi masih dibedakan lagi
berdasarkan aspek keturunan, pekerjaan, dan pendaidikan. Golongan bangsawan
atau ningrat (aristocrat) merupakan golongan tertingi. Termasuk dalam golongan
ini adalah raja/sultan dan keturunannya, para pejabat kerajaan, serta pejabat pribumi
dalam pemerintahan kolonial. Di bawah mereka adalah rakyat biasa.
Rakyat biasa adalah golongan yang paling
menderita dalam sistem sosial ini. Mereka dibebankan banyak kewaajiban ,
termasuk pajak, tetapi nasibnya tidak diperhatikan pemerintah kolonial. Selain
itu, kuli untuk perkebunan-perkebunan swasta asing dan tenaga untuk kerja paksa
berasal dari golongan ini. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman W.
Daendels, ia mengerahkan secara paksa orang-orang dari golongan ini untuk
membangun jalan pos dari Anyer sampai panarakun.
Pengaruh kehidupan Eropa mulai merusak
nilai-nilai kehidupan traadisinal. Tradisi-tradisi dan nilai-nilai kehidupan
penduduk pribumi perlahan-lahan digantikan dengan tradisi para penguasa
kolonial. Tradisi dan nilai-nilai bangsa Eropa banyak mendapat penentangan,
terutama dari kalangan pemimpin agama. Tradisi dan nilai-nilai bangsa Eropa
dianggap bertentangan dengan ajaran islam. Pandangan keagamaan dan diskriminasi
ras menjadi faktor pendorong dilakukannya perlawanan terhadap pemerintah
kolonial oleh penduduk pribumi.
0 komentar:
Posting Komentar