ASALAMUALAIKM Wr. Wb
BAGI ANAK SMAN3 KELAS XI IPS
UNTUK TINDAK LANJUT MATERI SILAHKAN BACA MATERI DIBAWAH INI
KEMUDIAN BUAT RINGKASAN DAN KIRIMKAN KE WA BAPAKATAU EMAIL
NO WA. 082384275060
EMAIL. abdullahbalam99@gmail.com
CATATAN:
MOHON MAAF BAGI ANAK ANAK KAMI DENGAN KONDISI YANG SEPERTI INI ANAK ANAK DITUNTUT UNTUK TETAP BELAJAR OLEH DEMIKIAN BAGI YANG TIDAK MENGERJAKAN NILAI TIDAK AKAN ADA NILAI TERIMAKASIH
REVOLUSI BESAR DUNIA
Latar Belakang.
Perjalanan kehidupan manusia pada
masa lampau ternyata sempat diwarnai dengan adanya beberapa revolusi yang
sangat mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia di masa kini. Tak jarang,
revolusi tersebut memberikan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat pada masa
itu yang salah satunya adalah memakan banyak korban jiwa. Hanya butuh sedikit
percikan untuk membakar daun - daun dan ranting yang sudah sangat kering begitu
lama, begitu juga untuk menyulut sebuah revolusi. Segala ketidakpuasan dan
dendam menjadi latar belakang orang untuk menempuh jalan kekerasan demi
mengakhiri semua itu. Namun kebanyakan revolusi sangat-sangat berdarah, karena
kebanyakan revolusi seperti api menghanguskan ,menghancurkan untuk
menghentikan. Stelah abad pertengahan, di Eropa terjadi perkembangan demokrasi
dan perubahan ekonomi. Perkembangan demokrasi seperti adanya Revolusi Prancis,
Revolusi Rusia, dan Revolusi Amerika.
A. REVOLUSI PRANCIS.
adalah perubahan bentuk
pemerintahan Prancis dari kerajaan menjadi republik. Peristiwa ini terjadi pada
masa pemerintahan Louis XVI pada abad
ke-18. Revolusi ini memiliki semboyan: liberte, egalite, fraternite
(kebebasan,
persamaan, persaudaraan).
1.
Faktor-faktor penyebab terjadinya revolusi prancis diantaranya : a)
Sebab-sebab umum.
1.
Ketidakadilan dalam bidang politik dan ekonomi.
Masyarakat Prancis pada waktu itu
terbagi atas tiga golongan yaitu Golongan I terdiri atas kaum bangsawan dan
raja yang bebas pajak bahkanberhak memungut pajak. Golongan II terdiri atas
kaum agama (pendeta dan cendikia ) yang bebas pajak dan mendapat uang gaji dari
hasil pajak. Golongan III adalah rakyat biasa yang hanya menjadi objek pajak.
Golongan III selalu tertindas karena hak-hak mereka ditekan oleh hak-hak
golongan lainnya. Termasuk kesempatan-kesempatan untuk berusaha atau memajukan
kehidupan secara ekonomi. Jabatan-jabatan penting sejak zaman pemerintah Louis
XIV dipegang oleh kaum bangsawan (golongan I) yang bersikap sewenang-wenang.
Pejabat-pejabat pemerintahan pun diangkat tidak berdasarkan kemampuan,
melainkan berdasarkan faktor keturunan.
2.
Kekuasaan absolut raja.
Pemerintahan Louis XIV bersifat
monarki absolut, di mana raja dianggap selalu benar. Semboyan Louis XIV adalah
l'etat c'est moi (negara adalah saya). Untuk mempertahankan keabsolutannya itu,
ia mendirikan penjara Bastille. Penjara ini diperuntukkan bagi siapa saja yang
berani menentang keinginan raja. Penahanan juga dilakukan terhadap orang-orang
yang tidak disenangi raja. Mereka ditahan dengan surat penahanan tanpa sebab
(lettre du cas). Absolutisme Louis XIV tidak terkendali karena kekuasaan raja
tidak dibatasi undang-undang.
3. Timbul
paham baru.
Menjelang Revolusi Prancis muncul
ide-ide atau paham-paham baru yang pada intinya adalah memperjuangkan kebebasan
dan pemenuhan hak-hak asasi manusia. Paham-paham ini muncul akibat berbagai
tekanan yang menyengsarakan rakyat mulai menimbulkan keinginan-keinginan untuk
mencapai kebebasan. Paham-paham yang melatari terjadinya revolusi di
Prancis sebagai berikut
·
Ajaran dari Jean Jasques
Rousseau, tokoh pemikir dari Prancis. Dalam bukunya Du Contrat Social, ia
menyatakan bahwa menurut kodratnya manusia dilahirkan sama dan merdeka. Buku
ini juga memuat tiga prinsip yang di kemudian hari menjadi semboyan Revolusi
Prancis, yaitu liberte, egalite, dan fraternite (kemerdekaan/kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan). Ajaran tersebut menyebabkan Rousseau mendapat
sebutan Bapak Demokrasi Modern.
·
Montesquieu, yang terpengaruh
ajaran John Locke (Inggris), menyebarluaskan ajaran Trias Politika, yaitu
pembagian kekuasaan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
·
Paham Rationalisme dan Aufklarung
menuntut orang untuk berpikir rasional (masuk akal).
·
Ajaran Voltaire tentang kebebasan.
4. Negara
mengalami krisis ekonomi.
Prancis mengalami kemerosotan ekonomi dan keuangan
pada masa pemerintahan Louis XVI. Hal ini disebabkan karena sikap raja dan
keluarganya, terutama permaisuri Marie Antoinette, selalu menghambur-hamburkan
uang negara untuk berfoya-foya.
5. Pengaruh
perang kemerdekaan Amerika.
Dalam perang kemerdekaannya dari
Inggris, Amerika dibantu oleh tentara sukarelawan Prancis yang dipimpin
Lafayette. Mereka kemudian terpengaruh oleh napas kemerdekaan Amerika.
Nilai-nilai perjuangan kemerdekaan Amerika seperti yang terangkum dalam naskah
proklamasinya, Declaration of Independence (disampaikan oleh Thomas Jefferson),
yaitu pengakuan atas hak-hak manusia, dengan segera menjalar menjadi paham baru
di Prancis.
b) Sebab-sebab khusus.
Untuk mengatasi krisis ekonomi,
raja memanggil Dewan Perwakilan Rakyat (Etats Generaux). Dewan ini ternyata
tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam sidang justru terjadi pertentangan
mengenai hak suara.
Golongan I dan II menghendaki tiap golongan
memiliki satu hak suara, sementara golongan III menghendaki setiap wakil
memiliki hak satu suara. Jika dilihat dari proporsi jumlah anggota Etats
Generaux yang terdiri atas golongan I, 300 orang, golongan II 300 orang, dan
golongan III 600 orang, dapat disimpulkan bahwa golongan I dan II menghendaki
agar golongan III kalah suara sehingga rakyat tidak mungkin menang. Jika
kehendak golongan III yang dimenangkan, golongan I dan II terancam sebab di
antara anggota mereka sendiri ada orang-orang yang bersimpati pada rakyat.
2. Jalannya revolusi Prancis.
Pada tanggal 17 Juni 1789,
anggota Etats Generaux dari golongan III mengadakan sidang sendiri, didukung
oleh sebagian kecil anggota dari golongan I dan II. Peserta sidang menyatakan
diri sebagai Majelis Nasional yang bertujuan memperjuangkan terbentuknya
konstitusi tertulis bagi Prancis. Raja berusahamembubarkan organisasi yang
dipimpin Jean Bailly dengan dukungan Comtede Mirabeau ini, baik dengan jalan
perundingan maupun dengan kekerasan.
Sikap raja yang berusaha
membubarkan Majelis Nasional dengan jalan kekerasan menimbulkan kemarahan
rakyat dan terjadilah huru-hara. Puncak huru-hara terjadi tanggal 14 Juli 1789,
ketika rakyat menyerbu dan meruntuhkan penjara Bastille, lambang kekuasaan
mutlak raja. Penyerangan ini didukung oleh Tentara Nasional yang dipimpin
Lafayette. Ketika terjadi pemberontakan oleh rakyat, Louis XVI melarikan diri
ke luar negeri. Kesempatan ini dipergunakan oleh rakyat untuk membentuk
pemerintahan baru yang demokratis. Dewan Perancang Undang-Undang yang terdiri
dari Partai Feullant dan Parta Jacobin segera membentuk Konstitusi Prancis pada
tahun 1791. Partai Feullant adalah partai yang proraja, sedangkan Partai
Jacobin adalah partai yang prorepublik. Partai Jacobin beranggotakan kaum
Geronde dan Montague. Partai ini dipimpin oleh tiga sekawan, Robespiere, Marat,
Danton. Keadaan negara yang semakin berbahaya membuat Dewan Legislatif
membentuk pemerintahan republik pada tanggal 22 September 1792. Raja Louis XVI
dan istrinya dijatuhi hukuman pancung dengan
quillotine pada tanggal 22 Januari 1793. Masa Republik
Prancis I disebut masa Convention, presidennya adalah Robespierre.
Pemerintahan Robespierre yang
berasal dari kaum Montague ternyata menjalankan pemerintahan yang kejam
(pemerintahan teror) yang mengakibatkan banyak korban. Akibat kebijakan pemerintah
yang kejam, rakyat mulai tidak senang. Oleh karena Gironde, Robespierre
ditangkap dan dijatuhi hukuman pancung dengan quillotine. Kaum Gironde (kaum
borjuis yang kaya tanah) kemudian membentuk pemerintahan Directoire yang
dipegang oleh Barros, Moulin, Seiyes, Roger, dan Ducos. Directoire memiliki
wewenang mengatur masalah ekonomi, politik, sosial, pertahanan keamanan, dan
keagamaan. Karena setiap anggota memiliki wewenang yang sama, terjadi
persaingan dalam pemerintahan yang menimbulkan krisis kewibawaan, korupsi, dan
runtuhnya kepercayaan rakyat. Dalam keadaan demikian, muncul seorang tokoh
militer yang terkenal, yaitu Napoleon Bonaparte.
3. Pemerintahan Napoleon Bonaparte.
Kemunculan nama Napoleon
Bonaparte ini diawali dengan konspirasi dari Abbe Sieyes, anggota senior
Majelis Nasional dan Convention. Ia merencanakan suatu konstitusi yang dapat
menggabungkan kemerdekaan dan stabilitas. Napoleon Bonaparte yang saat itu
dikenal sebagai pahlawan perang dianggap menjadi kandidat yang paling sesuai
untuk memperoleh dukungan militer terhadap kudeta yang akan dilaksanakan.
Kudeta berhasil dilakukan pada
tanggal 9 – 10 November 1799. Setelah itu, dibentuklah pemerintahan konsulat,
yaitu pemerintahan yang dipimpin tiga orang konsul: Napoleon Bonaparte, Cambaceres,
dan Lebrun. Namun, dalam perjalanannya, Napoleon menyingkirkan teman-temannya,
menjadi satu-satunya anggota konsulat dan mengangkat dirinya menjadi konsul
seumur hidup. Pada tahun 1803, Napoleon diangkat menjadi kaisar atas putusan
sidang Dewan Legislatif. Penobatannya dilakukan pada tanggal 2 Desember 1804
oleh Paus Pius VII.
Dalam
masa pemerintahannya, Napoleon melakukan hal-hal berikut :
·
Membentuk pemerintahan yang
stabil dengan membuat Undang-Undang Hukum Perdata (Code Civil).
·
Menciptakan buku hukum (Code
Civil, Code Penal, dan Code Commerce).
·
Mengembalikan perdamaian di negara Prancis.
·
Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
·
Mengadakan Continental Stelsel
1806, yakni larangan negara-negara di daratan Eropa untuk berdagang dengan
Inggris (blokade ekonomi). Tujuannya adalah untuk melemahkan ekonomi Inggris.
Usaha ini tidak berhasil karena Rusia tetap menjual gandum keada Inggris.
·
Menyerang ke Mesir (1798) dan
Rusia (1812), tetapi tidak berhasil karena tentaranya banyak yang mati
kedinginan.
·
Mengadakan perang melawan koalisi raja-raja Eropa.
·
Mengadakan perang melawan koalisi raja-raja Eropa.
Napoleon bercita-cita untuk
memperluas dominasi Prancis atas Benua Eropa dan menjadikannya kekuatan yang
diperhitungkan di dunia. Untuk mencapai cita-citanya itu, ia melakukan invasi
ke negara-negara Eropa lainnya. Tentu saja politik Napoleon ini mendapat
perlawanan dari negara-negara yang diserangnya. Raja-raja dari negara-negara
tersebut lalu membentuk koalisi. Perang antara Prancis dan koalisi negara-negara
Eropa tujuan invasinya disebut Perang Koalisi. Kronologi Perang Koalisi
tersebut sebagai berikut :
·
Perang Koalisi I (1792 – 1797).
Koalisi ini diikuti oleh Austria,
Prusia, Inggris, Spanyol, Belanda, dan Sardinia. Koalisi ini mampu dikalahkan
Napoleon, kecuali Inggris. Napoleon berusaha melawan Inggris dengan cara
menyerbu Mesir dan menyerbu langsung ke Inggris.
·
Perang Koalisi II (1799 – 1802).
Koalisi ini diikuti Austria,
Rusia, Inggris, dan Turki. Austria, Rusia, dan Turki dihancurkan pada tahun
1800. Perang lalu dihentikan dengan perjanjian Amiens (1802). Pada saat inilah,
Napoleon mengangkat dirinya sebagai konsul seumur hidup.
·
Perang Koalisi III (1805) Koalisi
ini diikuti oleh Austria, Rusia, Inggris, dan Swedia. Napoleon memusatkan kekuatan
tentaranya di Boulogne untuk menyerang Inggris dan angkatan laut di Cadiz.
Laksamana Nelson dari Inggris gugur dalam pertempuran tersebut.
·
Perang Koalisi IV (1806 – 1807)
Koalisi ini diikuti Prusia, Rusia, dan Inggris. Dalam perang ini, Napoleon berhasil
memikat hati Turki untuk memihak Prancis dan menyerang Rusia. Prusia dihantam
habis oleh Napoleon di Friesland (1807). Dari Prusia, Napoleon dapat
menghancurkan Rusia. Untuk menghancurkan Inggris, mulai diberlakukan
Continental Stelsel.
·
Perang Koalisi V (1809).
Koalisi ini diikuti Austria,
Inggris, Spanyol, dan Portugal. Dalam perang ini, Austria memodernkan
tentaranya dan sekali lagi mencoba mengadu kekuatan dengan Napoleon. Napoleon
berhasil menghancurkan pasukan Austria sampai benar-benar habis kekuatannya
dalam pertempuran di Wagram (1809).
·
Perang Koalisi VI (1812 – 1813).
Koalisi ini diikuti Rusia,
Inggris, Swedia, Austria, Spanyol, dan Prusia. Pada tahun 1812, Napoleon
menyerbu Rusia dengan mengerahkan 600.000 orang tentara. Maksud penyerbuan ini
adalah untuk menghukum Rusia yang melanggar Continental Stelsel. Namun, pada
tahun 1813, Napoleon dikalahkan dalam pertempuran di Leipzig dan ditangkap.
Setelah kekalahannya dalam pertempuran di Leipzig, Napoleon dibuang ke Pulau
Elba. Pengasingan ini tidak melemahkan perjuangan Napoleon. Ia berhasil
meloloskan diri dan kembali menyatakan diri sebagai kaisar selama 100 hari.
Pada tanggal 8 Juni 1815 terjadi pertempuran di Waterloo. Napoleon kembali
tertangkap dan diasingkan ke Pulau St. Helena sampai meninggal pada tanggal 5
Mei 1821. Jenazahnya diawetkan di Hotel des Invalides, Paris. Usai perang
tersebut, bangsa-bangsa Eropa yang berkoalisi melawan Prancis lalu mengadakan
Kongres Wina (1815) dengan tujuan mengembalikan kondisi daratan Eropa ke keadaan
sebelum perang dan menghukum Prancis. Isi keputusan Kongres Wina sebagai
berikut :
a. Australia kehilangan Belanda bagian selatan dan sebagai gantinya
memperoleh Lombardia.
b. Membentuk Konfederasi Jerman (Deutsche Bond) yang terdiri dari 39
negara kuat.
c. Italia dipecah menjadi wilayah-wilayah yang lebih kecil agar tidak
tumbuh menjadi negara yang kuat.
d. Rusia
mendapatkan wilayah Finlandia dan bagian timur Polandia.
e. Inggris
mendapat wilayah Ceylon, Malta, dan Holgeland.
f. Belanda
dibagi menjadi Belanda Utara dan Belanda Selatan.
g. Swedia
melepaskan Finlandia dan mendapatkan Norwegia.
4. Akibat Revolusi Prancis.
Akibat
atau dampak Revolusi Prancis di dalam negeri dapat dipetakan
sebagai
berikut :
a) Bidang
politik.
Revolusi Prancis membawa perubahan
dalam sistem pemerintahan yang semula berupa monarki absolut menjadi
pemerintahan yang demokratis. Hak asasi manusia diakui dan dihormati.
Konstitusi atau undang-undang dasar merupakan kekuasaan yang tertinggi. Muncul
pula ide-ide republik, suatu bentuk pemerintahan yang melayani kepentingan
umum, dan prinsip-prinsip berikut :
·
Demokrasi, yaitu prinsip bahwa
setiap manusia dilahirkan dengan hak yang sama dalam kehidupan bernegara. Hak
yang dimaksud adalah hak bersuara, mengemukakan pendapat, berserikat, dan
berkumpul.
·
Perasaan nasionalisme sesuai
dengan semboyan Revolusi Prancis: Liberte, Egalite, Fraternite (kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan). Prinsip ini membangkitkan jiwa persatuan yang
menjadi kekuatan dalam
menghadapi
segala bahaya yang mengancam negara.
b) Bidang
ekonomi.
Beberapa akibat adanya Revolusi Prancis dalam
bidang ekonomi sebagai berikut.
·
Petani menjadi pemilik tanah kembali.
·
Penghapusan pajak feodal.
·
Penghapusan gilde.
·
Timbulnya industri besar c)
Bidang sosial.
Akibat-akibat dalam bidang sosial, antara lain :
dihapuskannya feodalisme, adanya susunan masyarakat yang baru, dan adanya
pendidikan dan pengajaran yang merata untuk semua lapisan masyarakat.
Adapun akibat atau dampak Revolusi Prancis terhadap
dunia, termasuk dalam perjuangan pergerakan bangsa Indonesia, sebagai berikut.
·
Penyebaran ide liberalisme.
·
Adanya penyebaran paham demokrasi di tengah
kehidupan bernegara.
·
Berkembangnya ide nasionalisme.
B. REVOLUSI AMERIKA.
Sejak ditemukan, Benua Amerika
menarik begitu banyak bangsa di Eropa untuk membangun koloninya. Bangsa-bangsa
yang pernah membangun koloni di benua tersebut, antara lain, Spanyol, Prancis,
dan Inggris. Kolonisasi Inggris atas Amerika bagian utara diawali kedatangan
John Cabot (1497) beserta sejumlah penjelajah Inggris lainnya. Di benua baru
tersebut, John Cabot dan rekan-rekannya memperoleh hak mengelola beberapa
bidang tanah yang kemudian berkembang dan meluas menjadi koloni.
Pada tahun 1763, daerah-daerah di
Amerika yang menjadi wilayah kekuasaan Inggris telah mencapai tiga belas koloni
yang memiliki pemerintahan sendiri. Akan tetapi, untuk mempertahankan dan
memperluas koloninya, Inggris harus berhadapan dengan Prancis dan Spanyol.
Peperangan yang paling berat terjadi adalah ketika melawan Prancis. Peperangan
yang memakan waktu sangat lama itu membuat kerajaan Inggris sempat mengalami
kebangkrutan. Untuk mengatasi masalah keuangan,
pemerintah Inggris lalu membuat kebijakan-kebijakan
yang mengeksploitasi negara-negara jajahan, termasuk Amerika Utara. Berbagai
kebijakan yang merugikan rakyat wilayah koloni di Amerika menimbulkan
pemberontakan yang dikenal dengan sebutan Revolusi Amerika.
Berikut
kronologi terjadinya Revolusi Amerika.
1) Perang
Tujuh Tahun (1756 – 1763).
Wilayah jajahan atau koloni
Inggris di Amerika Utara terletak di sepanjang pantai timur Amerika Utara.
Adapun wilayah dari pantai selatan sepanjang Sungai Mississippi (Louisiana)
sampai Kanada adalah koloni Prancis. Wilayah koloni Inggris dan Prancis ini
dipisahkan oleh daerah pedalaman. Pergerakan Inggris yang terus-menerus
memperluas tanah jajahannya ke arah barat kemudian mulai melanggar batas jajahan
Prancis (Louisiana). Hal ini memicu hubungan yang tegang antara Inggris dan
Prancis yang mengarah ke peperangan. Pertempuran meletus setelah terjadi
tembak-menembak antara pasukan Prancis dan pasukan koloni Inggris (warga
Amerika) di dekat benteng Duquesne (Pittsburgh) yang merupakan wilayah Prancis.
Dalam peperangan ini, Prancis kalah dan dibuatlah perjanjian perdamaian Paris
yang isinya sebagai berikut :
·
Wilayah Kanada dan Louisiana di
sebelah timur Mississippi diberikan kepada Inggris, sedangkan wilayah di
sebelah barat Mississippi tetap menjadi milik Prancis.
·
Prancis wajib menyerahkan semua
wilayah jajahannya di India kepada Inggris. Akibat perjanjian tersebut, kondisi
berbalik. Semula sebagian besar wilayah Amerika Utara dikuasai Prancis, kini
beralih ke tangan
Inggris.
2) Perang
kemerdekaan Amerika (1774 – 1783).
Koloni Inggris di Amerika tidak
dikembangkan oleh pemerintahnya, melainkan oleh orang-orang sipil dan pedagang.
Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang hidupnya tertekan di Inggris dan
menganut agama yang dilarang oleh pemerintah Inggris. Mereka pergi ke Amerika
untuk mengejar kehidupan yang lebih baik dan mencari kebebasan. Di antara
perintis-perintis koloni di Amerika adalah sekelompok orang yang dikenal
sebagai The Pilgrim Fathers. Mereka berangkat ke
Amerika dengan kapal Mayflower dan mendarat pada tahun 1620. Sesampainya di
Amerika, mereka lalu mendirikan daerah koloni yang bernama Massachusetts. Orang
Amerika sekarang menganggap The Pilgrim Fathers sebagai pendiri Amerika. Para
pelarian dari Amerika ini kemudian tidak lagi mengganggap diri mereka sebagai
orang Inggris, meskipun secara pemerintahan mereka tetap berada di bawah
Inggris. Namun, karena pemerintah Inggris kemudian mulai memperlakukan koloni
di Amerika seperti juga koloni di wilayah-wilayah dunia lainnya, orang-orang
yang telah menganggap dirinya sebagai rakyat Amerika ini lalu menginginkan
kemerdekaan. Setelah Perang Tujuh Tahun melawan Prancis (1756 – 1763), kas
negara Inggris kosong. Untuk mengatasi krisis keuangan, Inggris memaksa Amerika
untuk ikut menanggung kerugian dengan membayar pajak yang tinggi.
Alasan Inggris adalah karena
Perang Tujuh Tahun memberi manfaat bagi koloni di Amerika berupa perluasan
daerah dan perlindungan dari serangan bangsa lain. Di samping pajak yang
tinggi, Inggris juga melakukan monopoli. Hasil bumi Amerika (tembakau, gula,
dan kapas) hanya boleh dijual kepada Inggris dan sebaliknya, Amerika hanya
diperbolehkan membeli barang-barang kebutuhannya dari Inggris saja. Tentu saja
rakyat Amerika menentang kebijakan Inggris. Monopoli perdagangan berakibat
harga-harga melambung tinggi sebab Inggris dapat mempermainkan harga. Adapun
mengenai pajak, rakyat Amerika mau membayar dengan syarat: Inggris harus
memberi kesempatan pada warga Amerika untuk menjadi wakil rakyat di parlemen
Inggris.
Tuntutan ini mereka pertegas
dengan pernyataan: "No taxation without representation." Ketegangan
kemudian terjadi sebab Raja Inggris, George III, berusaha memaksakan kebijakan
tersebut. Semula rakyat Amerika melakukan perlawanan tidak secara nasional.
Namun, kemudian Inggris mengeluarkan Undang-Undang Teh (1773). Dengan
undangundang ini, British East India Company yang mengalami surplus teh akan
memperoleh keuntungan, sebab dapat menjual produknya ke Amerika dengan harga
yang sangat murah. Akibatnya, para pedagang teh di Amerika
bangkrut. Pada tahun 1774, berlabuhlah tiga kapal
Inggris yang memuat teh untuk Amerika di Boston. Orang-orang Amerika yang
merasa dirugikan oleh kedatangan teh tersebut lalu membajak kapal dengan
menyamar menjadi Indian dan melemparkan teh-teh tersebut ke dalam laut. Inggris
marah lalu menghukum Boston dengan serangan militer. Rakyat Amerika dari daerah
koloni lainnya bersatu dan membantu Boston. Peristiwa yang dikenal sebagai
Boston Tea Party ini menjadi penyebab khusus terjadinya perang kemerdekaan
Amerika.
Adapun jalannya perang kemerdekaan yang berlangsung
sejak tahun 1775 – 1783 ini sebagai berikut:
a)
Pertempuran pertama berlangsung
di Lexington kemudian di Boston. Inggris memerintahkan rakyat Kanada untuk
membantu tentara Inggris, namun rakyat Kanada menolak. Inggris pun menyerbu
Kanada dan terjadilah pertempuran di koloni paling utara tersebut. Waktu selama
peperangan tersebut dimanfaatkan oleh George Washington, pimpinan tertinggi
pasukan revolusioner Amerika, untuk mengatur tentaranya.
b)
Awalnya, rakyat Amerika bertempur
hanya karena merasa tertindas oleh aturan-aturaInggris. Mereka belum menyadari
betul apa tujuan mereka berperang. Tujuan menjadi terang, yaitu kemerdekaan,
setelah muncul tulisan Thomas Paine pada suatu selebaran yang berjudul Common
Sense. Tulisan itu diterbitkan pada tahun 1776. Dengan segera, pada tahun itu
juga, rakyat Amerika menyatakan dirinya merdeka. Proklamasi kemerdekaan disusun
oleh Thomas Jefferson dalam rapat Kongres di Philadelphia. Kongres ini diikuti
oleh 13 negara bagian (koloni). Proklamasi ini sangat terkenal karena di
dalamnya terkandung pernyataan mengenai hak-hak manusia (human right). Bagian
yang menegaskan hal tersebut berbunyi sebagai berikut. "We hold these
truths to be self evident, that all men are created equal, that they are
endowed by their creator with certain unalienable right, that among these are
life, liberty, and the pursuit of happiness ....".
c)
Kongres yang merupakan gabungan
wakil-wakil dari ketiga belas negara bagian kemudian mengadakan pertemuan untuk
membahas bentuk
negara yang diinginkan dan merancang konstitusi.
Sesuai dengan kesepakatan dalam Articles of Confederation (1777) bentuk negara
Amerika adalah negara serikat dengan nama The United States of Amerika (USA).
d)
Negara pertama yang mengakui
kemerdekaan Amerika adalah Prancis (1778). Prancis kemudian membantu Amerika
melawan Inggris dengan mengirimkan pasukan yang dipimpin Jenderal Lafayette ke
Amerika.
Tindakan Prancis ini didorong oleh motivasi
berikut: Prancis ingin membalas dendam atas kekalahannya dalam Perang Tujuh
Tahun melawan Inggris, Hasil diplomasi Benjamin Franklin, tokoh perjuangan
kemerdekaan Amerika. Pada tahun 1779, Spanyol turut membantu Amerika dengan
imbalan berupa pendudukan atas Gibraltar dan Florida. Berkat bantuan
negara-negara yang bermusuhan dengan Inggris ini, kedudukan USA (Amerika
Serikat) menjadi kuat.
e)
Inggris akhirnya kalah. Jenderal
Cornwallis, pimpinan tertinggi pasukan Inggris, bersama 7.000 orang tentaranya
menyerah kepada Washington dan Lafayette di Yorktown pada tahun 1781. Untuk
mengakhiri peperangan diadakan perjanjian perdamaian di Paris (1783). Isi
perjanjian tersebut, antara lain, Inggris mengakui kemerdekaan Amerika
Serikat.
3)
Pembentukan Undang-Undang Dasar (1787 – 1789).
Tahun-tahun terakhir perang
kemerdekaan sampai masa pembentukan konstitusi atau undang-undang dasar (1783 –
1789) merupakan masa yang penuh pertentangan dan perselisihan di antara
ketigabelas negara bagian di Amerika Serikat. Ada dua blok besar yang
berselisih, terbagi atas blok selatan (sembilan negara) dan blok utara (empat
negara). Blok selatan yang dipimpin Thomas Jefferson menghendaki pemberian
kekuasaan atau wewenang yang sebesar-besarnya bagi pemerintah negara bagian.
Adapun blok utara yang dipimpin Alexander Hamilton menghendaki kekuasaan dan
wewenang yang sebesarbesarnya diberikan kepada pemerintah pusat. Pada tahun
1787, wakil negara-negara bagian lalu berkumpul di Philadelphia untuk menyusun
undang-undang dasar. Akhirnya diperoleh kompromi
antara blok utara dan selatan bahwa akan ada
pembagian kekuasaan atau wewenang yang seimbang antara pemerintah pusat dan
pemerintah negara bagian.
Kekuasaan dan wewenang
menjalankan pemerintahan di dalam negeri sebagian besar dipegang tiap-tiap
negara bagian, sementara urusan umum, pertahanan, dan hubungan ke luar negeri
menjadi wewenang pemerintah pusat. Pemerintah pusat tidak akan mencampuri
urusan dalam negeri yang menjadi wewenang pemerintah negara bagian dan
sebaliknya, pemerintah negara bagian menyerahkan sepenuhnya tugas dan tanggung
jawab yang menjadi wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah pusat. Kedua
blok lalu menyatakan kesetiaan pada undang-undang dasar dan tidak akan melanggarnya.
Adapun struktur pemerintahan
pusat sesuai dengan isi undang-undang yang disahkan pada tahun 1788 (berlaku
tahun 1789) ini sebagai berikut :
·
Presiden menjalankan kekuasaan
pemerintahan tertinggi dalam masa jabatan selama empat tahun dan dibantu oleh
State Departement atau kementerian-kementerian.
·
Kongres adalah badan perwakilan
yang terdiri atas dua kamar, yaitu Senat, merupakan wakil dari negara-negara
bagian. Tiap negara bagian memiliki dua orang wakil. House of Representatives,
yaitu perwakilan yang jumlahnya didasarkan atas jumlah penduduk tiap-tiap
negara bagian. Pertemuan negara-negara bagian di Philadelphia tersebut juga
memutuskan mengangkat George Washington sebagai presiden pertama untuk periode
tahun 1789 – 1797 (dua kali periode).
4) Perang
Amerika – Inggris (1812 – 1814).
Pada waktu Napoleon Bonaparte
melakukan blokade ekonomi terhadap Inggris dengan Continental Stelsel, Inggris
hanya dapat berdagang dengan Amerika. Hal ini menyebabkan ketergantungan
Inggris pada Amerika. Akan tetapi, Amerika tidak ingin hanya berdagang dengan
Inggris. Amerika menghendaki perdagangan yang bebas dalam negara mana pun
sehingga menyatakan kenetralannya dalam perdagangan. Inggris yang khawatir pada
nasib perdagangannya lalu berusaha menyerbu Amerika
untuk tujuan monopoli. Pertempuran meletus pada
tahun 1812. Namun, Inggris kalah dan perdagangan di Amerika tetap bebas. Perang
ini tidak membawa akibat yang cukup berarti.
5)
Doktrin Monroe (1823).
Pada tahun 1816 – 1828, timbul
perang kemerdekaan di Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang menjadi
jajahan Spanyol. Karena merasa akan kalah, Spanyol meminta bantuan dari
negara-negara sekutunya yang tergabung dalam Perserikatan Besar. Perserikatan
ini sepakat menolong Spanyol dan melakukan intervensi ke Amerika Selatan pada
tahun 1822.
Mereka juga meminta bantuan dan
dukungan dari Amerika Serikat yang pernah dibantu Spanyol dalam perang
kemerdekaannya. Namun, Amerika Serikat justru mengeluarkan pernyataan sikap
yang dikenal sebagai Doktrin Monroe (Monroe Doctrine). Doktrin ini diumumkan
pada tahun 1823 oleh Presiden Amerika Serikat, James Monroe. Isi doktrin ini
adalah pernyataan America for the Americans (Amerika untuk rakyat Amerika).
Inti doktrin ini adalah menentang segala bentuk penjajahan di Benua Amerika.
6) Akibat
Revolusi Amerika.
Revolusi Amerika membukakan mata
dunia bahwa dengan kekuatan persatuan dan penghargaan atas hak-hak asasi
manusia, kemerdekaan dapat diperoleh. Namun, bukan berarti kemerdekaan dapat
diperoleh secara cuma-cuma. Kemerdekaan harus diraih dengan usaha sendiri dan
pantang menyerah. Hikmah demikian pula yang menggerakkan rakyat Indonesia untuk
mulai memperjuangkan kemerdekaannya. Dengan kesadaran akan hak asasi dan
persatuan kepentingan, kemerdekaan Indonesia akhirnya dapat diperoleh.
C. REVOLUSI RUSIA.
Pada permulaan abad ke-19,
keadaan Rusia masih terbelakang dibandingkan negaranegara Eropa lainnya.
Masyarakat Rusia pada masa itu terbagi atas dua golongan, yaitu tuan tanah
(bangsawan) dan petani (rakyat
jelata). Rusia saat itu adalah negara agraris.
Sebagian besar penduduknya merupakan petani miskin yang harus tunduk kepada
tuan tanah, bahkan menjadi budak dari tuan tanah. Status petani sebagai budak
tuan tanah ini diatur dalam Undang-Undang Perbudakan Rusia yang disahkan oleh
Tsar Alexis I pada tahun 1646.
Perbudakan dihapuskan pada tahun
1861 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Emansipasi (Emancipation Edict) oleh
Tsar Alexander II. Isi undang-undang tersebut sebagai berikut :
a) Perbudakan
dihapuskan.
b) Petani
bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya.
c)
Negara membayar uang kerugian
kepada tuan-tuan tanah pemilik budak. Meski telah dikeluarkan undang-undang
tersebut, kondisi kehidupan
petani belum mengalami kemajuan sebab kepala mir
(kepala desa) lama kelamaan bertindak seperti tuan tanah dan memperkaya diri
sendiri. Pada tahun 1906 (masa pemerintahan Tsar Nicholas II), sistem mir
dihapuskan oleh Menteri Stolypin. Tanah diberikan kepada pemilik sehingga dari
pekerjaannya seorang petani dapat memperoleh hasil.
Menjelang terjadinya revolusi,
muncul dua aliran kaum terpelajar di Rusia, yaitu aliran Slavia dan aliran
Barat. Aliran Slavia ingin membangun Rusia atas dasar kultur Slavia di mana
negara dianggap sebagai badan moral. Aliran ini kemudian menjadi pendekar paham
autokrasi, ortodoks, nasionalisme dan memunculkan gerakan Pan Slavisme. Adapun
aliran Barat ingin membangun Rusia berdasarkan konsepsi Barat di mana negara
dianggap sebagai badan politik belaka yang digunakan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat.
1) Latar belakang Revolusi Rusia.
Sejak kekalahannya dalam perang
melawan Jepang pada tahun 1905, bayangan revolusi selalu tampak di Rusia.
Berbagai gerakan rakyat menentang pemerintah ditindas dengan kekerasan senjata.
Gerakan tersebut bersifat sporadis dan seberapa pun usaha pemerintah untuk
menindasnya, gerakan-gerakan serupa selalu muncul. Akhirnya, revolusi sungguh
sungguh
terjadi di tengah Perang Dunia ketika Rusia
mengalami kekalahan-kekalahan besar.
Adapun Sebab-sebab terjadinya
revolusi rusia antara lain sebagai berikut :
a.
Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner.
Ketika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak
politik bagi warga negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan melakukan hal yang
sama. Ia memang mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia),
namun keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma dilakukan
dengan pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang
propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma kepada Tsar tidak
pernah dihiraukan. b. Susunan pemerintahan Tsar yang buruk.
Pemerintahan pada masa Tsar
Nicholas II tidak disusun secara rasional, melainkan atas dasar favoritisme.
Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap untuk pemerintahannya, orang-orang
yang dipilihnya untuk jabatan-jabatan pemerintahan hanyalah orang-orang yang
disukainya. Dalam hal ini, Nicholas II sangat dipengaruhi oleh istrinya,
Tsarrina Alexandra. Alexandra sendiri sangat dipengaruhi oleh seorang biarawan
yang menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan, Grigori Rasputin. Alexandra dan
Rasputin adalah orang-orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam
paham baru.
c.
Perbedaan sosial yang mencolok mata.
Kondisi kehidupan antara kedua golongan masyarakat
di Rusia pada masa itu sangat jauh perbedaannya. Tsar dan para bangsawan hidup
mewah dan kaya raya, sementara rakyat, terutama petani dan buruh, sangat miskin
dan sengsara. Bangsawan juga memiliki berbagai macam hak yang tidak dimiliki
rakyat, bahkan banyak hak rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah
dihapuskan, para bangsawan tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam
kehidupan sehari-hari. d. Persoalan tanah.
Perubahan kebijakan agraria oleh
Menteri Stolypin pada tahun 1906 hanya menghasilkan perubahan tanah-tanah mir
menjadi milik perseorangan anggota mir. Di luar mir, masih banyak tanah
berukuran luas yang menjadi milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para
kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil
(buruh tani). Para buruh tani ini lalu berusaha menuntut tanah yang seharusnya
menjadi miliknya.
e. Adanya
aliran-aliran yang menentang Tsar.
Dalam revolusi pada tahun 1905,
aliran-aliran yang menentang Tsar dapat ditindas, tetapi tidak lenyap. Mereka
melakukan gerakan bawah tanah dan mengumpulkan kekuatan sambil menunggu
kesempatan untuk kembali muncul. Aliran-aliran tersebut sebagai berikut :
·
Kaum liberal yang disebut Kadet
(Konstitusional Demokrat). Aliran ini menghendaki Rusia menjadi kerajaan yang
berundang-undang dasar.
·
Kaum sosialis menghendaki susunan
masyarakat yang sosialis serta pemerintahan yang modern dan demokratis. Kaum
sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi lagi atas dua aliran:
Mensheviks (moderat atau sosial demokrat) dan Bolsheviks (radikal, kemudian
berkembang menjadi partai komunis). Golongan Mensheviks dipimpin oleh Georgi
Plekhanou yang kemudian digantikan oleh Kerensky.
Adapun
golongan Bolsheviks dipimpin oleh Lenin dan Trotsky.
f. Kekalahan perang.
Ketika melibatkan diri dalam
Perang Dunia I, sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu.
Rusia ikut perang karena terikat dan terseret oleh perjanjian-perjanjiannya
dengan negara-negara lain, terutama yang tergabung dalam Triple Entente. Keikutsertaan
Rusia dalam Perang Dunia I mendapat sambutan dingin dari rakyatnya. Peperangan
yang tidak didukung oleh rakyat tentu menghasilkan kekalahan.
Kekalahan-kekalahan besar Rusia (pertempuran di Tannenberg dan di sekitar
danau-danau wilayah Masuri) semakin mengecewakan hati dan melenyapkan
kepercayaan rakyat kepada Tsar. Rakyat mulai jemu pada peperangan dan
menginginkan
kedamaian.
g.
Ancaman bahaya kelaparan.
Lima belas juta warga Rusia
dimobilisasi untuk perang. Kesejahteraan mereka harus dijamin penuh oleh
negara. Sementara, banyaknya orang yang dikirim ke medan perang berakibat
kurangnya tenaga kerja, baik dalam bidang industri maupun pertanian. Macetnya
industri dan pertanian ini menimbulkan bahaya kelaparan sebab kurangnya bahan makanan.
Perekonomian negara pun menjadi kacau balau.
2) Jalannya Revolusi Rusia.
Revolusi Rusia yang berlangsung
pada tahun 1917 terbagi dalam dua fase, diantaranya :
a. Revolusi Februari 1917.
Revolusi ini dimotori oleh
orang-orang Kadet, Mensheviks, dan Bolsheviks. Tujuannya adalah untuk
menggulingkan Tsar. Revolusi dimulai di Petrograd (sekarang Leningrad) berupa
demonstrasi yang menuntut turunnya Tsar, diikuti oleh pemogokan di
perusahaan-perusahaan. Tentara yang diperintahkan menembaki para pemogok dan
demonstran berbalik menembaki opsir-opsirnya sendiri. Revolusi berdarah pun
meletus. Tsar ditawan dan dipaksa turun takhta. Usai revolusi, pemerintahan
sementera dibentuk. Kaum Kadet memegang pimpinan.
Akan tetapi, kaum Kadet tidak
mengadakan perubahan-perubahan yang sesuai seperti tuntutan rakyat. Alasannya
adalah kekhawatiran bahwa perubahan-perubahan itu hanya akan menambah kacau
keadaan. Kaum Mensheviks dipimpin Karensky lalu menggulingkan kaum Kadet dan
memegang pimpinan pemerintahan. Program kaum Mensheviks adalah, pertama-tama,
menjunjung kembali kehormatan Rusia yang telah merosot karena
kekalahan-kekalahan dalam perang, dan kemudian baru mengadakan perombakan atas
sistem pemerintahan dalam negeri. Bentuk negara diubah menjadi republik,
kemudian diadakan serangan besar-besaran terhadap Jerman. Sayangnya, serangan
tersebut gagal sama sekali. Rakyat yang jenuh pada peperangan kehilangan
kepercayaan pada pemerintahan Mensheviks.
Memanfaatkan keadaan ini, kaum Bolsheviks tampil ke
muka dan memberi janji-janji kedamaian serta pembagian bahan makanan dan tanah
kepada rakyat.
b. Revolusi Oktober 1917 (Revolusi Komunis).
Pada tanggal 10 April 1917, Lenin
kembali ke Rusia dari perantauannya ke Jerman, Prancis, Inggris, Austria, dan
Swiss sejak tahun 1907. Pada tahun yang sama, Leon Trotsky (Bronstein) tiba di
Rusia dari Amerika. Kedua orang ini lalu menjadi motor penggerak kaum
Bolsheviks yang berpaham komunis di Rusia. Ketika kaum Kadet dan Mensheviks
bergulat dengan revolusi cara mereka, gerakan bawah tanah kaum Bolsheviks
secara diam-diam mempersiapkan revolusinya sendiri. Mereka membentuk
pemerintahan sendiri, tentara sendiri (yang disebut Pasukan Merah), dan
menyebarkan propaganda antipemerintah borjuis.
Pada saat pemerintahan Mensheviks
kehilangan kepercayaan rakyat, kaum Bolsheviks memanfaatkannya dengan segera
merangkul rakyat. Mereka menganjurkan para petani agar membagi-bagikan tanah
dan menganjurkan para buruh untuk menyita pabrik-pabrik. Pendekatan ini
mendapat dukungan dan simpati dari rakyat. Dimulailah revolusi kedua ala
Bolsheviks. Revolusi kedua ini dimulai dari Petrograd lagi. Tentara dan
angkatan laut di Petrograd memihak Lenin, disusul dukungan dari tentara-tentara
Difron. Pada tanggal 25 Oktober 1917, pemerintahan Mensheviks digulingkan dan
kaum Bolsheviks mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Setelah itu, segera
diadakan perubahan-perubahan besar diantaranya :
·
Diadakan perundingan perdamaian
dengan Jerman yang melahirkan perjanjian perdamaian Brest Litovsk (1918).
·
Segala utang piutang pemerintah
Tsar dihapuskan dan bank dimonopoli negara.
·
Tanah dibagi-bagikan kepada petani dan buruh
menyita pabrik-pabrik.
·
Bahan makanan dikerahkan dan
dibagi-bagikan kepada rakyat. Revolusi yang kedua ini berjalan dan berhasil
dengan baik, sehingga kaum Bolsheviks mendapat kedudukan yang kuat.
3) Intervensi negara-negara asing (1918).
Setelah kaum Bolsheviks memegang
pemerintahan Rusia, para pengikut Tsar yang masih setia berusaha melakukan
pemberontakan. Mereka menyebut dirinya kaum Rusia Putih (lawan dari kaum
Bolsheviks yang disebut kaum Rusia Merah/Komunis). Mereka dipimpin oleh
Jenderal Denikin dan Wrangel. Sekutu (Inggris, Amerika Serikat, Prancis, dan
lain-lain) segera memihak kaum Rusia Putih, tidak semata-mata karena mereka antikomunis,
melainkan juga dikarenakan adanya kekhawatiran menghadapi penghentian perang
antara Rusia dan Jerman. Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis menyerbu Rusia
dari arah timur (Vladivostok), utara (Murmansk), barat (Estonia dan Turki), dan
selatan (Laut Kaspia). Akan tetapi karena front-front negera-negara
pengintervensi ini terpisahpisah jauh dan kurang sekali adanya koordinasi
antara front-front tersebut, intervensi ini gagal. Kaum Rusia Putih rontok dan
lebur. Sekeluarnya dari perang saudara antara Rusia Putih dan Rusia Merah, kaum
Bolsheviks menjadi semakin kuat dan bersatu.
4) Akibat-akibat Revolusi Komunis 1917.
Revolusi yang dilakukan kaum
Bolsheviks membawa akibat sebagai berikut.
a. Dihapuskannya pemerintahan Tsar yang kolot
untuk selamanya. Pemerintahan diubah dengan sistem satu partai (pemerintahan
dipegang oleh satu partai). Cobalah bandingkan dengan sistem satu partai di
Jerman (Hitler dengan NAZI-nya) dan di Italia (Mussolini dengan fasismenya).
b. Timbulnya demokrasi Soviet sebagai lawan dari
demokrasi liberal. Demokrasi liberal atau parlementer dianggap Lenin kurang
demokratis sebab biasanya parlemen diduduki oleh orang-orang dari kelas
menengah ke atas, sementara rakyat jelata tidak tahu apaapa. Lenin lebih suka
membentuk dewan-dewan rakyat (Soviet) yang mewakili suara masyarakat terbawah.
Dewan-dewan rakyat ini kemudian akan memilih di antara mereka untuk menjadi
wakil dalam dewan rakyat yang lebih tinggi. Mekanisme yang sama berlanjut
hingga ke tingkat paling tinggi.
c. Modernisasi Rusia maju dengan pesat, terutama
dalam bidang industri dan pertanian. Dalam kurun waktu lebih kurang empat puluh
tahun, Rusia mulai dapat menyamai negara-negara industri lainnya di Eropa Barat
dan Amerika.
d. Meluasnya komunisme di seluruh dunia. Hingga
kini komunisme menjadi faktor kekuatan politik dunia yang perlu diperhitungkan.
5) Pemerintahan Lenin (1917 – 1924).
Selama
masa pemerintahan Lenin, terjadi hal-hal sebagai berikut :
a.
Pembentukan komintern (Komunis Internasional).
Pada tahun 1919 dibentuk
Komintern yang bertugas memimpin partai-partai komunis di seluruh dunia.
Komintern dilebur pada tahun 1947 karena berbau imperialisme Rusia dan
digantikan oleh Cominform (Communist Information) yang merupakan pusat
propaganda komunisme di seluruh dunia.
b.
Pembentukan Uni Soviet Sebelum tahun 1922.
Rusia terdiri dari beberapa negara kecil yang
bersatu di bawah bendera Federasi Republik-Republik Soviet Sosialis Rusia
(FRSSR). Pada tahun 1922, federasi ini diubah menjadi uni dan disebut Uni Republik-Republik
Soviet atau Union of Soviet Socialist Republics (USSR). Kekuasaan pemerintahan
terpusat pada pemerintahan pusat. c. Sistem perekonomian komunis.
Ketika Lenin memegang
pemerintahan, Rusia hendak disusun menjadi seratus persen komunis. Semua hasil
produksi, baik industri maupun pertanian, harus diserahkan kepada negara.
Nantinya negara yang akan membagi-bagikannya dengan adil. Akan tetapi, para
petani kaya (kulak) menolak menyerahkan segala hasil buminya kepada negara.
Para petani juga tidak mau menanam lebih dari apa yang mereka butuhkan untuk
hidup sebab sebanyak apa pun mereka menanam, hasil yang mereka dapatkan sama
saja. Akibatnya, pertanian menjadi kacau dan bahaya kelaparan mengancam. Pada
tahun 1921, Lenin mengubah kebijakan ekonominya dan menggantinya dengan NEP
(New Economical Policy) di mana hasil bumi boleh dijual dengam bebas. Namun,
untuk menyaingi sistem pertanian bebas
yang dipraktikkan para kulak, diadakan pula
pertanian kolektif (kolkhoz) dan pertanian negara (sovkhoz) untuk menyaingi
pertanian bebas dari para kulak. NEP ini terbukti berjalan dengan baik. Para
kulak makin terdesak dan semakin banyak petani yang menggabungkan diri dalam
kolkhoz. Lenin meninggal dunia pada tahun 1924. Jenazahnya dimakamkan di dekat
Kremlin dalam sebuah musoleum (makam yang indah) di mana setiap tahun rakyat
Rusia dapat melihat wajah "Bapak Komunisme Rusia".
6) Keadaan dalam negeri usai pemerintahan Lenin.
Dua orang calon pengganti Lenin,
Stalin dan Trotsky memiliki pemahaman yang berbeda mengenai komunisme. Trotsky
bermaksud mengobarkan revolusi dunia untuk menciptakan masyarakat komunis di
seluruh dunia. Baginya, kaum buruh lebih penting daripada kaum lainnya. Adapun
Stalin berkehendak untuk memperkukuh dahulu komunisme di Rusia sebelum
meluaskan paham tersebut ke seluruh dunia. Baginya, buruh dan kaum tani sama
pentingnya. Stalin mengizinkan kaum komunis menggunakan modal asing dan
ahli-ahli ilmu pengetahuan dari negara-negara kapitalis untuk mencapai
tujuannya. Salah satu contoh adalah dibuatnya perjanjian Prancis – Rusia pada
tahun 1923. Kebijakan Stalin memperoleh dukungan luas, sehingga ia dipilih
menjadi pemimpin Uni Soviet menggantikan Lenin. Trotsky dibuang ke luar Rusia
dan kemudian dibunuh di Meksiko (1940).
Stalin meneruskan politik ekonomi
Lenin sampai tahun 1927. Kemudian, ia menyusun Rencana Lima Tahun untuk
mengembangkan perekonomian Rusia. Rencana Lima Tahun yang pertama (1927 – 1932)
adalah industrialisasi Rusia secara besar-besaran dan modernisasi pertanian.
Rencana ini berjalan baik, disusul dengan ditiadakannya kulak dan mengubah
seluruh sistem pertanian menjadi kolkhoz dan sovkhoz. Rencana Lima Tahun yang
kedua (1932 – 1937) dibuat untuk menyempurnakan yang pertama.
Pemerintahan Stalin merupakan pemerintahan yang otoriter.
Ia bercita-cita menjadi penguasa mutlak. Rasa rendah diri menyebabkan Stalin
selalu curiga kepada siapa pun. Stalin dapat berkuasa mutlak di Rusia karena
sifatnya yang licik, penuh tipu daya, dan tega
mempecundangi lawan-lawan politiknya. Ia meninggal pada tanggal 16 Maret 1953.
Ia tidak menunjuk pengganti, sehingga timbullah persaingan antara Nikita
Khrushchev dan Leonid Brezhnev. Khrushchev keluar sebagai pemenang, namun
digulingkan pada tahun 1964.
Salah satu peristiwa mencolok
selama karir Khrushchev adalah kritiknya yang menyerang Stalin dalam pidato
yang disampaikannya pada Kongres Partai Komunis ke- 20 di tahun 1956. Pidatonya
ini tidak diterbitkan di Uni Soviet sehingga disebut "pidato
rahasia". Kritik tersebut diikuti kampanye anti-Stalin, pencabutan
gambar-gambar dan patung Stalin, serta dikeluarkannya jenazah Stalin dari dalam
musoleum di Lapangan Merah untuk dimakamkan di pemakaman umum. Konstitusi
Stalin 1936 digantinya dengan konstitusi baru (1977). Isinya yang pokok adalah
rakyat boleh menyuarakan pendapatnya secara bebas.
7) Dampak Revolusi Rusia.
Revolusi Rusia yang dimenangkan
oleh kaum komunis radikal (Bolshevik) berdampak pada meluasnya paham komunisme
di dunia. Negara-negara dunia ketiga yang pada saat itu masih dijajah bangsa
lain dengan segera mengadopsinya. Juga negara-negara yang baru terbentuk dan
negara-negara yang rakyatnya telah bosan hidup dalam kekangan feodalisme
penguasa. Paham baru ini pun dengan segera menjalar ke Indonesia yang pada saat
itu tengah menghidupkan organisasi-organisasi pergerakan ke arah kemerdekaan.
Organisasiorganisasi yang menganutnya juga bersikap radikal (nonkooperatif)
terhadap Belanda, bahkan di kemudian hari jelas-jelas melakukan pemberontakan.
Contohnya adalah ISDV yang setelah Indonesia merdeka mengubah nama menjadi PKI.
D. REVOLUSI INDUSTRI
Revolusi Industri adalah sebuah
ungkapan yang digunakan untuk menamai perubahan dan perkembangan pesat yang
awalnya terjadi di
Inggris setelah ditemukannya mesin uap. Revolusi
ini mengubah cara hidup banyak orang, terutama yang tinggal di perkotaan dan
wilayah-wilayah industri. Kemajuan teknologi mengakibatkan tenaga untuk
menggerakkan mesin yang semula masih menggunakan tangan menjadi penggunaan
mesin yang digerakkan oleh tenaga uap.
1. Lahirnya Revolusi Industri.
Revolusi Industri terjadi pada
pertengahan abad ke-18. Awalnya didahului oleh revolusi agraria. Ada dua tahap
revolusi agraria. Revolusi Agraria I adalah tahapan terjadinya perubahan
penggunaan tanah yang semula hanya untuk pertanian menjadi usaha pertanian,
perkebunan, dan peternakan yang terpadu. Revolusi Agraria II mengubah cara
mengerjakan tanah yang semula tradisional dengan penggunaan mesin-mesin atau
mekanisasi.
2. Tahap Revolusi Industri.
Revolusi Industri terdiri dari
tiga tahap. Yaitu : Revolusi Industri I ditandai dengan masih dipergunakannya
teknik kuno, yaitu penggunaan uap untuk menggerakkan mesin yang berbahan bakar
kayu atau batu bara. Revolusi tahap pertama terjadi di Inggris pada abad ke-18.
Revolusi Industri II ditandai dengan penggunaan teknik baru berupa mesin
bermotor yang berbahan bakar listrik atau bensin. Revolusi tahap kedua ini
terjadi di Amerika Serikat dan Jerman pada abad ke-19. Revolusi Industri III
ditandai dengan penggunaan teknik kimia-hayati berbahan bakar atom atau nuklir.
Revolusi tahap ketiga ini terjadi di Amerika Serikat dan Uni Soviet pada abad
ke-20.
3. Dampak-dampak revolusi industri.
ü Bidang
ekonomi.
ü Bidang
politik.
ü Bidang
sosial
4. Pengaruh Revolusi Industri di Indonesia.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa
Revolusi Industri menimbulkan adanya imperialisme modern yang bertujuan mencari
bahan mentah, tenaga kerja murah, dan pasar bagi hasil-hasil produksi.
Perdagangan bebas melahirkan konsep liberalisme. Hal ini mengimbas pada
negara-negara koloni, seperti juga wilayah-wilayah di Asia yang menjadi jajahan
bangsa Eropa. Termasuk Indonesia.
A. Kesimpulan.
munculnya revolusi prancis disebabkan
oleh kekuasaan raja yang absolut dan kondisi sosial ekonomi rakyat yang
memprihatinkan. Revolusi
prancis mengantarkan prancis ke bentuk kerajaan
konstitsional. Namun dalam perkembangannya ketika napoleon berkuasa, prancis
menjadi negara dengan sistem kekaisaran, Meletusnya revolusi amerika sebagai
akibat beban tanah koloni yang sangat besar dann berbagai macam pajak,
munculnya revolusi rusia disebabkan oleh pemerintahan Tsar Nicolas II yang
absolut. Revolusi rusia mengantarkan ruia menjadi negara komunis dengan lenin
sebagai peletak dasarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://evanursaadah15.blogspot.com/2013/05/pengaruh-revolusi-dunia
terhadap.htm
http://www.materisma.com/2014/03/pengaruh-revolusi-prancis-amerika-dan.html#
http://kaoscouple88.blogspot.com/2012/10/10-revolusi-besar-di-dunia.html
LKS SMA
kelas 2








0 komentar:
Posting Komentar